Minggu, 13 Juni 2010

Kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiingggggggggggggggggg…………….

“ Gawat…..” aku terbangun dari tidur, kulempar jauh selimut yang masih melekat ditubuh, tergesa-gesa menuju kamar mandi. Ini hari pertama kuliah setelah liburan tengah semester. Aku dengar dari Davina sahabatku, hari ini aku harus menempuh mata kuliah hukum pajak, dosennya Pak Samsul Bahri, orangnya tinggi seperti Him damsik si Datuk Maringgi dalam Siti Nurbaya, konon galaknya minta ampun. Maka dari itu aku tidak ingin hari pertama ini jadi hari yang naas.
Sejam kemudian, aku sampai dipintu kampus, rupanya dewi fortuna tidak bersamaku pagi ini, aku tetap terlambat. Hah.., ini gara-gara semalam aku nonton bola. Coba saja kalau aku tidak nonton, pasti tidak terlambat begini. Uuhk , sial…!!!sepanjang koridor aku terus menyesali kebodohanku.
……….BRRUUUUkk……..
“ Aduh “ aku memekik, kudapati tubuhku sudah terkulai dilantai, Aahhh…sakit.
“ Hehk., kalau jalan ati-ati donk, gak punya mata ya!!”
Belum puas aku menikmati rasa sakit yang merambati siku juga lututku, tiba-tiba sudah disambar kata-kata pedas dari seorang cowok didepanku. Matanya menatapku geram.
“ Iya, maaf, aku telat masuk kelas nih!” Aku menjawab pelan, perlahan aku mencoba berdiri, aku lirik jam tanganku, ahk…gawat aku terlambat, aku harus cepat,
“ Hehk, mau kemana?” Seru cowok itu lagi.
“ Ya masuk kelas lah, aku kan udah bilang telat!” sahutku.
“ Enak aja, nggak lihat nih buku brantakan, udah nabrak eh main pergi enaknya aja!”
“ Lho, aku kan udah bilang maaf!” aku membela diri pada cowok yang sepertinya kesal benar padaku ini.
“ Nggak cukup tahu! “ Hardik cowok tadi.
“ Terus mau lo apa?” Aku mulai dibuat geram sekarang.
“ Ya bantuin gue mungutin buku-buku ini donk! “ Ia mendengus.
Kupandangi buku-buku yang bertebaran dilantai, Gila…banyak sekali bukunya, bisa didamprat habis-habisan donk sama Pak Samsul kalau harus angkatin buku ini segala. Hahk, tapi aku memang tidak punya jalan lain, Ya sudah lah, akhirnya aku punguti buku-buku itu dengan cepat.
“ Nih….!” Kataku kemudian, sembari mengulurkan tumpukan buku-buku ditanganku.
“ Makanya, kalau jalan matanya dibuka lebar, nih begini!” Seru cowok itu lagi sambil melolotkan matanya.
Aku mendengus kesal, tanpa banyak cincong aku kembali berlari menyusuri koridor menuju kelasku. Benar saja, sesampainya disana kelas sudah penuh, tapi….kemana Dosenya, Tidak ada si Datuk Maringgi disana.
“ Windy, cepetan sini!” Suara Davina memanggilku, aku langsung bergegas duduk disampingnya.
“ Duh, Elo kemana aja sih kok telat, untung Pak Samsul lagi balik kekantor ambil file kuliah yang ketinggalan, kalau nggak udah habis lo digoreng!” cerocos Davina padaku.
Aku tersenyum lega, ahkk…ternyata dewi fortuna belum sepenuhnya meninggalkannku.
Akhirnya, kuliah berakhir! Dasar dosen nyebelin, baru ngajar sudah kasih tugas setumpuk. Aku lihat semua mahasiswa menggerutu kesal, Begitu juga aku dan Davina dengan langkah lesu kami meninggalkan ruang kelas.
“ Kuliah selanjutnya, sejam lagi kan Na?”aku berseru.
“ Iya, eh laper nih! Lo dah makan belum, mumpung masih ada waktu!” sahut Davina.
Aku menggeleng, benar aku terburu-buru pagi tadi belum sempat sarapan, sekarang cacing diperutku sudah siap berkonser.
“ Yuk makan, gue juga laper!” seruku lagi.
Kami berjalan beriringan menuju kantin. Dikantin sudah penuh sesak mahasiswa berkumpul, tidak hanya yang kelaparan seperti aku dan Davina saja, tapi yang hanya nongkrong juga ada. Suara hiruk pikuk memekakakan telinga, asap rokok beterbangan disana-sini. Kami bergegas memesan makanan, menghabiskan sekejab dan cepat –cepat pergi dari sana, kami sama-sama paling tak tahan asap rokok. Aku heran, kenapa sebagian besar laki-laki dinegara ini, juga termasuk Rehan kekasihku menjadi penggemar berat rokok, padahal rokok itu kan merusak kesehatan, bau asapnya saja…UUUHhhhkkk….bikin susah bernafas.
“ Kelas mana kita ?” tanyaku.
“ Kalau nggak salah sih yang didepan itu! Davina menjawab ragu. Maklum ini memang hari pertama dengan jadwal yang baru juga tentunya.
“ Sepertinya nggak banyak temen-temen seangkatan kita yang ambil mata kuliah ini, dari tadi nggak kelihatan ada wajah yang aku kenal.” Kataku.
“ Kebanyakan emang angkatan atas, Win! Karena ini mata kuliah kekhususan, kita aja yang over laps!” Sahut Davina santai.
Aku tersenyum kecil menanggapinya.
“ Hehk, lo yang tadi!” Tiba-tiba terdengar suara dari belakangku. Aku menoleh seketika. Mataku terbelalak, ternyata asalnya dari Cowok bawel yang aku tabrak tadi pagi.
“ Nah, gue cari-cari ketemu juga lo disini!” ia berjalan mendekat padaku dan Davina berdiri.
“ mau apa lagi ?”aku menghela nafas, kali ini apa lagi sih maunya.
“ Nih lihat!!” Cowok itu menunjukan salah satu buku tepat didepan hidungku.
“ Apaan!” aku mundur selangkah.
“ Heuhk..lo tuh emang bener-bener gak bisa lihat ya? Nih lihat!!buku gue kotor, basah kena air!” Cowok tadi berkata kasar sambil menepuk-nepuk bukunya.
“ Lha terus apa hubungannya sama gue ?” aku menjawab tak mengerti.
“ Ini gara-gara lo tabrak tadi pagi, buku gue jadi mencelat! Pas Yang ini jatuh kena air selokan! Kotor…basah! Robek! Jadi lo harus ganti!!”
Aku terkejut dibuatnya, aku tidak ingat ada buku yang terlempar sampai selokan.
“ Enak aja, tadi gak ada yang sampai jatuh diselokan seinget gue, ahk pasti lo yang ngada-ada kan? Bilang aja lo butuh duit!” Tuduhku kesal.
Hehk, jaga ya mulut lo! Kalau gue yang ngerusak, gue bisa beli sepuluh buku ini, tapi sayangnya bukan gue yang harus tanggung jawab! Gue tahu ada orang yang gak punya mata udah nabrak gue tadi pagi sampai buku ini yang jadi korban, makanya gue mau minta tanggung jawab dari lo yang udah bikin buku ini jadi begini!” cowok tadi berkata panjang lebar.

“aduh-duh udah deh, trus mo lo sekarang apa?” Kataku.
“ Ganti, tiga ratus ribu lima ratus rupiah!” Seru cowok itu kemudian seraya mengadahkan tangannya.
“ Hahk ? gak salah itu buku mahal banget!”
“ Hari gini mana ada yang murah jenk!” Protesnya padaku.
“ Kalau gue gak mau ganti ?” Tolakku.
“ Yah, lo siap-siap aja gue laporin keperpus biar gak bisa ikutan ujian skripsi lo entar .” Jawabnya santai, bulu kuduku berdiri , gila kalau sampai cowok ini benar- benar serius dengan omongannya.
“ Oke deh, gue ganti besok. Tapi beli bukunya ma gue, gue gak percaya ma lo!” Sanggupku kemudian.
“ Is Oke, besok jam 10, gue tunggu lo disini! Awas kalau lo gak datang!” Ia mengancam, sambil melangkah pergi meninggalkanku dan Davina yang kebingungan.
Wuah tiga ratus ribu uang sakuku bulan ini bisa ludes habis. Uhk, siap banget sih hari ini! Aku pikir Dewi fortuna bersamaku.Aku melangkah gontai menyusuri lorong kampus.
“ Windy !!!” seseorang memanggil.
Aku menoleh, mencari-cari dari mana datangnya suara itu, Ahk…Rehan, dia berdiri disudut lorong lalu melangkah mendekat.
“ Hei, sudah lama disitu!” Sapaku
kekasihku ini hanya mengangguk sambil tersenyum.
“ Lho kok mukanya kusut banget ?” Balasnya jemarinya dengan lembut menekan ujung hidungku.
“ Uhk, sebel sebel sebel!!!” Aku meronta mengeluarkan semua unek-unek dalam diriku, aku ingin sekali Rehan tahu betapa sial hari ini, aku ingin dia menjadi tempat bersandarkan seperti biasanya. Rehan langsung menangkap gelagat itu tanpa pikir panjang dia mulai menenangkanku, beberapa saat kemudian aku sudah sibuk nyerocos.
“ Kok, cepet banget kamu bilang mo ganti, kenapa gak ingat-ingat dulu itu benar- benar kamu lakukan atau memang salah dia sendiri yang dia sengaja timpakan sama kamu!” Ujar Rehan.
Hah, benar juga kenapa aku tadi begitu cepat menyanggupi! Aduh bodohya aku! Ingin sekali sekali lagi berteriak marah, dan menanggis.
“ Ya sudah, kalau kamu memang sudah terlanjur menyanggupi!” Kata Rehan lagi, ia mengeluarkan dompet dan memberikan beberapa lembar uang seratus ribuan padaku.
“ Ini, berikan padanya!” Lanjut Rehan
“ ahk,jangan Han! Biar aku aja, aku ada tabungan kok!” Aku menolak tegas
“ Tapi kamu kan anak kos, kamu pasti masih banyak keperluan lain to ?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar