Minggu, 13 Juni 2010

AIR DAN API, JADINYA… ??

Kroooopyiiaaaang….piiang..piiiaang….!! Suara gaduh bergemuruh di Loteng. Mama sontak berdiri kaget. Ia bergegas menghampiri gaduh tersebut. Pelipis Mama mengerut rasa cemas kembali terlukis di wajahnya. Mama menarik nafas panjang tak kala mendapati apa yang dilihatnya. Pipinya merah padam karena adrenalin memuncak. Pot Kesayangan Mama yang di peroleh dengan susah payah hingga harus ke bunaken hancur berkeping-keping.
“ Denaaaaaa!! Mama sudah nggak tahan lagi sama kelakuaan kamu!!” Mama mencak-mencak meratapi tingkah putri semata wayangnya.
“ Bu..bukan Dena Ma, tapi si alfa Ma!! tuh..tuh dia Ma kepalanya nongol dijendela! “ seru Dena meyakinkan Mama, telunjuknya mengarah pada jendela diseberang Rumahnya.
“ Cukup!! Mama nggak mau tahu, kalian berdua sama aja! Mama bisa streess-depresi berat kalau selalu seperti ini! Sampai kapan Dena ? sampai kapan!!?”
Yah perang seperti ini berlangsung selama hampir lima tahun. Pelakunya tak lain adalah Dena dan Alfa. Mereka saling benci sampai ke ubun-ubun, padahal dulunya mereka adalah sahabat sehati sejak kecil, sempat juga naik ke level pacaran segala. Namun karena satu kesalahpahaman, hubungan yang sejuk itu pun berubah membara. Pasalnya, satu hari di pesta ulang tahun Alfa-ke12, ditengah kerumunan massa, seorang gadis yang entah dari mana asalnya memberikan kecupan dipipi mulus alfa dengan manis. Dena yang saat itu adalah pacar Alfa serasa di Bom atom seketika, tanpa mendengar penjelasan Alfa Dena naik pitam tak terkendali. Ia meneplokkan Kue Ulang tahun ke wajah Alfa. Dasar anak-anak, Alfa kecil tentu saja tak terima, ia lalu menceburkan Dena yang tidak bisa berenang ke kolam dibelakang rumahnya. Dena megap-megap hampir say good bye to the world. Sejak saat itu kebencian menghiasi hati keduanya, perang pun dimulai dan masih berlangsung hingga detik ini.
“ Kalian berdua harus tanggung jawab! Cariin yang persis seperti ini, kalau nggak! Mama kawinin kalian berdua!”
“ Hah kawin, sama kunyuk itu?? No Way! Lagian Dena kan masih 17 tahun ma!“
“DENA!! Mama serius kali ini! Mama benar-benar akan kawinin kalian berdua kalau sampai kalian nggak bisa ganti Pot yang sama.Titik.”
************
“ Ta…Tapi, tante! Nyarinya kan mesti kebunaken ,masa…” Protes alfa diruang tamu, disampingnya berdiri Mama Dena, ia tengah menghakimi pemuda yang turut andil dalam tragedi pecahnya pot kesanyangan bersama anak gadisnya.
“ Akh.., tante nggak peduli! Siapa yang suruh pecahin Pot ? ini juga bukan yang pertama!” Elak mama Dena geram.
“ Masa tante nggak kasian sih sama kita ? “ Alfa memelas, ia mengarahkan pandangannya pada Dena, Dena yang duduk dihadapannya kontan melengos.
“ Emangnya kalian pernah kasian sama tante?! kerugian tante bukan cuma ini! Dari materiil sampai beban psikologis tante derita akibat ulah kalian berdua yang nggak mau akur!” Mama Dena melotot sebal.
“ Ya oke lah tan! Alfa janji pasti ganti pot tante! Tapi tunggu liburan nanti yah kebunakennya ?”
“ Enak bener!!nggak bisa! Tante tuh nyarinya sampai kepedalaman 7 hari 7 malem! Jadi besok kalian mesti udah berangkat ke Bunaken untuk berburu pot yang serupa!”
“ Tapi ma, sekolah kita gimana ?” Dena angkat bicara.
“ Ya bolos donk!” jawab Mama enteng.
“ KALAU KITA NGGAK NAIK KELAS ??” seru Alfa dan Dena kompak.
“ Ya kalian kawin aja! Toh kalau nanti kalian nggak bisa dapatin potnya kalian tetep kawin juga ,kan ?!”
“ HAAHHHKK…….. NAJIIIISSSS!!!” kembali Alfa dan Dena kompak.
Esoknya, tanpa kompromi Mama benar-benar memberangkatkan dua insan itu ke Bunaken berburu pot. Seluruh kelengkapan sudah Mama penuhi. Berbekal peta, tas ransel, mereka tak ubahnya Dora dan Diego, berpetualang dengan pasrah menyusuri pedalaman Bunaken.
“ Ini semua salah elo, kenapa sih pake pecahin pot mama!!” dengus Dena kesal.
“Ya mana gue tahu kalau bakal kena pot mama elo!” Alfa yang gregetan membela diri.
“ Ya emang loenya aja yang gak becus,nembak gitu aja nggak bisa, dari dulu sampai sekarang tetep aja bego!!”
“ Apa loe bilang ??” Alfa naik darah.
“ BEGOOO!!” tantang Dena lantang.
Ya guys dalam hitungan ketiga, gulat antara Dena versus Alfa pun tak terelakan lagi.
Hari berganti, Dena dan Alfa berjalan gontai, pipi keduanya legam akibat pertandingan gulat beberapa waktu lalu. Hutan Belantara membentang dihadapan keduanya. Dua mahluk itu sesekali menengok peta untuk menuju satu tempat, Yaitu desa Bulele, tempat Pot kesayangan Mama diproduksi. Dena dan Alfa bersorak histeris tak kala berhasil mendapatkan Pot yang sama persis dengan pot kesayangan Mama. Esoknya, dengan hati berbunga mereka bergegas pulang.
“ Fa, gue mo pipis nih!” Ujar Dena seraya menghentikan langkahnya.
“ Duh, loe ngrepotin banget sih ! Ya udah Buruan sana!!”
“ Awas loe kalau ngintip!gue sumpahin bintitan seumur hidup!” Ancam Dena.
“ Deh, Rugi banget gue, mending ngintip nenek-nenek peyot, lebih erotis dari elo!” Alfa mencibir padanya.
Beberapa menit kemudian Dena kembali dengan senyum lega, kedatangannya disambut mimik muka Alfa yang kurang menyenangkan.
“ Lha Tas elo mana ?”
“ Hah ya ampun.., ketinggalanm Dikali!” Dena mengaganga kaget.
Alfa spontan menghujani Dena dengan beribu kata mutiara, betapa tidak, tas Dena berisi Pot yang menjadi tiket mereka pulang. Dua anak manusia itu lalu bergegeas menuju sungai. Dena tersenyum lega kembali karena mendapati tas keramat itu masih terletak diatas batu besar. Seketika ia meraihnya, tapi malang, tas itu dengan manis terjatuh , melenggang terbawa arus sungai nan deras. Keduanya kontan jingkrak-jingkrak. Dena berlari mengejar tas tersebut, namun bagaikan sudah jatuh tertimpa tangga, gadis malang itu terpeleset dan ikut terbawa derasnya arus. Parahnya, Dena tidak bisa berenang, ia pun tenggelam.
“ Dena..Dena Bangun!! Den…!!”
“UHuk..Hukk..huk…!!” Dena tersadar dari pingsannya, Alfa lega! Usaha penyelamatannya berhasil. Tapi tanpa diduga Dena langsung menghadiahi Alfa dengan tamparan.
“ Dasar kurang ajar!! Loe pasti cari kesempatan nyium Gue!”
“ Hehk, kalau gue nggak kasih loe nafas buatan, loe udah almarhum! Udah deh jangan kayak anak kecil! Gue dah capek ribut sama loe! Gue mo pulang, terserah loe mo ikut atau nggak!” Alfa kecewa dengan sikap Dena. Ia merasa misi penyelamatannya tak dihargai.
“ Trus Potnya ?” Dena bertanya lirih.
“ Udah kebawa arus!”
tangis Dena pecah seketika. Ia tahu konsekuensi apa yang akan didapatinya nanti, karena Mama tidak main-main. Ia berjalan lemas dibelakang Alfa. Sesekali memandang punggung pemuda itu, sehingga tangisnya merebak kembali.
“ Ya ampun Dena, Loe bisa diem nggak sih! “ Bentak Alfa ketus.
“ Gue nggak mau kawin sama loe, huaaaaa……!” Tangis Dena makin keras.
“ Tapi Gue mau kawin sama elo!! Kalau nggak, udah gue biarin loe mati tenggelam!”
Dena terbelalak mendengar ucapan Alfa, ia sungguh tak menyangka kata-kata itu terucap dari mulut pemuda dihadapannya. Alfa menatapnya tajam, hingga Dena tak bergeming sedikit pun.
Sepanjang perjalanan dua remaja itu diam seribu bahasa, berbalik 180 derajat dari sebelumnya. Ada banyak tanya berkecamuk di benak Dena.
“ Sorry Den, aku marah-marah, tadi aku takut banget kamu mati!!” Seru Alfa memecah keheningan. HAHK..Aku??..Kamu ?? Kening Dena berkerut, biasanya kan Loe- Gue!!
“ Lho, kok cuma diem, kamu bener-bener marah ya ?” seru Alfa lagi.
“ itu ciuman pertamaku!” Uups…Dena kelepasan.
“ Ehm…nggak nyambung ya ?” Lanjut Dena kikuk.
“ Itu juga pertama kalinya aku cium cewek!” sahut Alfa malu-malu, pipinya merona.
“ akh..bohong, empat tahun lalu kamu pernah cium cewek sampai aku…” Dena mendadak kembali kemasa lalu.
“ aku DICIUM, bukan mencium! Lagian dia sepupuku kok! Kamunya aja yang keburu marah! Nggak mau denger penjelasanku dulu!” jelas Alfa memotong ucapan Dena.
“ Tapi kamu ceburin aku ke kolam, padahal kamu kan tahu aku nggak bisa berenang!”
“ Makanya aku nyesel banget, Den! Apalagi aku nggak bisa nolong kamu, karena aku nggak bisa berenang. Aku terus menghukum diriku setelah itu! Dan Aku trima semua kebencian kamu padaku! “ Alfa menatap Dena, matanya redup, menampakan penyesalan yang begitu dalam.
“ Aku mencoba menjauh dari kamu, karena aku takut mencelakai kamu lagi! Tapi, semua itu justru membuat aku kehilangan sesuatu yang berharga dari hidupku.Tapi ketika aku ingin kembali kamu sudah terlalu jauh membenci aku!” Lanjut Alfa. Ia mundur dari tempatnya berdiri, lalu bersandar pada pohon besar. “Aku, belajar berenang mati-matian untuk mengubur kesalahan yang selalu menghantuiku sepanjang waktu! tadi aku begitu takut kehilangan kamu lagi, Den!”
Mata Dena terasa panas, hatinya luluh lantak, ada rasa sakit mengitari dadanya. Gengsi dalam dirinya dikubur dalam-dalam, ia tak mau lagi menjadi seorang munafik yang selalu menolak Alfa, karena jauh dalam hati kecilnya, Lelaki itu masih bersemayam, tiba-tiba ia begitu merindukan Alfa kembali.
“ Terima kasih, sebenarnya aku juga merasa kehilangan kamu! Aku masih sayang kamu seperti yang dulu!” Dena memberanikan diri mengungkapkan perasaanya yang lama terpendam.
Alfa tersenyum bahagia, wajahnya nampak berbunga-bunga. Benteng besar penghalang cinta rutuh sudah. Lalu Alfa menggenggam jemari Dena lembut, mendekap gadis itu erat-erat ditengah belantara yang hijau, kemudian menggandengnya pulang. Beberapa jam kemudian mereka sampai ditepi pantai, beberapa perahu lokal masih menunggu penumpangnya. Namun ketika Alfa hendak menapakkan kaki pada badan perahu, ia menangkap suatu benda yang tak asing menyembul dari ujung muara.
“Ya Ampun, itu tas Dena.” pekik Alfa dalam hati. Ia meloncat turun untuk mengambil tas tersebut sebelum makin terseret arus. Alfa bersorak kegirangan sambil mengangkat tas berisi pot tersebut tinggi-tinggi. Anehnya, Dena malah kesal. Tiba-tiba perasaan tak enak merambati hatinya.
“ Kamu kenapa sih Den, sejak di Dermaga tadi manyun mulu?!” tanya Alfa penasaran melihat perubahan sikap Dena.
“ Harusnya kamu nggak ambil tas itu, biarin aja hilang terbawa arus.” Jawab Dena kesal.
Alfa mengerutkan dahi, namun memperhatikan sikap gadis disampingnya, ia mangut-mangut mengerti. Dengan lembut Ia lalu membelai rambut gadis disampingnya.
“ Kita pasti menikah, tapi bukan saat ini! Masih banyak yang harus kita selesaikan. Kamu mau menungguku empat atau lima tahun lagi kan?” ucap Alfa lirih.
Dena langsung diselimuti rasa malu mendengarnya. Pipinya merona merah. Sesaat ia memelingkan wajah manisnya. Tapi sang pangeran cinta tak mau menyerah, Alfa kembali meraih jemari Dena dan mengecup sayang punggung jemari itu. Dena pun menggangguk setuju.
Perahu semakin menjauh membawa dua insan itu kembali pulang. AHK…Akhirnya, Mama bisa menikmati hidup tenang. Karena bunga cinta itu kini telah bersemi dan mekar lagi. Sepertinya, air telah berhasil memadamkan bara api selama ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar