Minggu, 13 Juni 2010

ONCE UPON TIME IN FRANCE

Louis tertegun menyaksikan apa yang dilihatnya kini, pemandangan paling sempurna yang belum pernah ia dapati sepanjang ia lahir didunia, seorang wanita berdiri jauh dihadapannya, rambutnya merah tergerai dihembus angin, gaun yang dikenakannya gemulai melambai seolah memanggil untuk mendekat. Mentari pagi menyinari wajah putih bersih wanita itu, memberikan rona merah, menyikap kemolekan rupanya, Tak sedikit pun Louis berkedip, hatinya bergemuruh seperti malaikat maut hendak mencabut nyawa dari badan. Seorang punggawa yang sedari tadi memperhatikan airmuka Louis kemudian mendekat, Ia menangkap bahwa Raja tampan itu tengah dilanda kasmaran yang belum pernah dirasakan sang raja sebelumnya, lalu ia membisikan sebuah nama ditelinga Loius.
“ Beliau Marie Antoniette, Putri Vienna dari Austria, Baginda.”
Louis terhentak, mengedip matanya, lalu punggawa tadi kembali pada posisinya semula.
“ Sampaikan pada Ratu Austria, jika aku ingin memiliki putrinya sebagai Ratu Prancis.”
“ Baik baginda, segera hamba laksanakan.”
########
Suara derap kuda begitu nyaring melewati pintu istana, seorang punggawa pembawa pesan turun dari atas kuda dengan mimik penuh cemas, ia melangkah cepat melintasi koridor istana menuju kediaman Louis.
“ Baginda, seorang pembawa pesan dari Austria hendak menghadap.” Seru seorang pengawal.
“Persilahkan ia masuk!!” Loius menjawab, raut mukanya tak kalah cemas dengan si pembawa pesan tadi, jantungnya berdugup kencang tak sabar menunggu jawaban yang akan didengarnya.
“ Salam sejahtera baginda!” ucap si pembawa pesan ketika tengah memasuki ruangan.
“ Apa jawaban dari Ratu Austria perihal keinginanku?” timpal Louis tidak sabar.
“ Hamba mohon ampun baginda, Ratu Ausria menolak lamaran Baginda, dengan alasan bahwa Putri Marie Antoniette telah ditunangkan dengan Pangeran Edward Haselhove dari Swiss, baginda.”
Louis langsung meradang mendengar balasan pesan tadi, bagai halilintar tiba-tiba menyambar dirinya, napasnya pun ikut tersengal, hatinya terkikis, ia menjadi murka.
“ Lancang benar mereka menolakku!! Menteri, segera siapkan pasukan untuk menyerang Austria, jika mereka menolakku, akan kubawa Marie Antoniette secara paksa.”
Di Pagi buta ketika matahari masih enggan membuka mata lebar, Louis yang murka memimpin puluhan ribu pasukan menuju Austria, rasa marah dan sakit hati bersatu mengalahkan akal sehatnya. Sebagai Penguasa besar selama ia hidup belum pernah ada satu pun kehendaknya yang tidak terpenuhi, segala cara akan ia lakukan untuk memenuhi apa yang ia inginkan, tekatnya kini sudah bulat, Keesokan harinya Austia sudah didiratakan habis-habisan. Tentu saja Louis bersama tentaranya menang telak, Ratu Austia menjadi tidak berdaya.
“ Bagaimana Ratu Vienna, jika anda menyerahkan Putri Bungsu anda kepadaku, Austia akan kuserahkan kembali padamu, bahkan Putrimu akan kujadikan sebagai Prancis.”
“ Tapi Putriku sudah aku tunangkan dengan Pangeran Edward Haselhove dari Swiss.”
“ Baiklah itu berarti, Austria menjadi kekuasaanku, itu juga berarti penjaraku akan menjadi tempat terindah bersama keluargamu, Ratu yang terhormat!”
“ Tidak Louis yang agung, Jangan! Aku akan bicara dengan putriku.” Ratu Viona memohon, wanita itu kini tak punya pilihan lain selain menyerahkan putri kesayangannya kepada Raja beringgas dihadapannya.
“ Tidak ibu, aku lebih baik mati dari pada harus menikah dengannya.” Seru Antoniette tegas,menolak keinginan ibunya.
“ Mengertilah putriku ini demi Austria, demi keluarga kerajaan, demi rakyatmu, dan sudah menjadi kewajibanmu memberikan kesejahteraan untuk rakyat.”
“ Tapi bagaimana denganku ibu? Aku bahkan tidak pernah mengenalnya, dan aku tidak sudi kalau harus mendampingi Raja bertangan besi, kejam seperti dia, lagipula aku sudah bertunangan dengan Pangeran Edward dan aku mencintainya, Ibu.”
“ Kalau begitu kau benar-benar ingin negerimu ini hancur Antoniette? Kau juga ingin melihat Ibu dan kakakmu menjadi tikus penjara ?” Ujar Ratu Vienna kecewa mendengar jawaban sang putri.
Antoniette menjadi gundah, hatinya teriris, ia berada diantara dua pilihan yang sulit, Rakyat dan kedaulatan Austria atau kebahagiann dirinya. Namun hatinya tak kuasa ketika menyaksikan ibunya bersujud dihadapannya untuk menerima lamaran Louis demi kedaulatan Austria
“ Baiklah ibu, aku akan korbankan kebahagiannku untuk Austria.” Sang Ratu lega, Ia memeluk Antoniette penuh haru, namun jiwanya juga sama terluka seperti Putrinya, karena kebahagiaan Antoniette kini menjadi taruhan.
Tak lama kemudian Putri dan Ratu tadi menemui Louis yang sudah gelisah menunggu lama, Louis terperangah melihat kecantikan Marie Antoniette, ia begitu memesona sampai-sampai ia tidak sadar kalau pedang digenggamannya terjatuh. Louis berguman dalam hati, “ Oh Tuhan, Begitu sempurna kau ciptakan wanita ini, kulit mulus bagai porselin, mata biru yang indah, dan bibir merah merekah bagai kuncup mawar.”
“ Kupersembahkan putriku, Marie Antoniette.”
“ Hormatku untukmu Putri.” Louis menunduk memberikan salam pada sang putri pujaan
“ Antoniette memberi hormat untuk Raja Prancis.” Balas Antoniette.
Wajah Maria Antonieete muram ketika itu, penuh sesak didadanya, Ia lalu memandang Louis dengan sinis, ingin sekali ia menghujani Louis beribu pukulan, ia sungguh marah hingga tanpa disadarinya air mata menetes dipipi Maria Antoniette yang merah, Louis yang mendapati bidadarinya menangis kembali tertunduk, entah apa yang dirasakannya, diantara bimbang terdapat pula bahagia karena berhasil mendapatkan Putri Austria yang telah menggenggam hatinya itu. Ia hanya mengunci Bibir rapat-rapat sembari menggandeng Marie Antoniette kearah kereta kuda yang telah ia siapkan khusus untuk calon Ratu Prancis itu.
Sesampainya Rombongan di Prancis, sambutan meriah seluruh rakyat menghiasi setiap sudut kota. Seorang gadis kecil menyembul diantara kerumunan, ia begitu terkesima menyaksikan kecantikan Marie Antoniette.
“ Ibu calon Ratu kita cantik sekali, apakah aku akan secantik dia ketika dewasa nanti ?” bisik gadis tadi pada ibunya, si Ibu hanya tersenyum lalu mengangguk, gadis kecil itu tersenyum bahagia.
Rombongan terus melanjutkan perjalanan hingga keIstana, Di Istana sambutan yang tak kalah meriah tengah menanti.
“ Selamat datang Putri Marie Antoniette!!” Seru Ibunda Louis, sang Ibu Suri Prancis, seraya memberi hormat pada Antoniette.
“ Salam Ibu Suri .“ balas Marie Antonette
“ Aku harap kau senang dengan sambutan sederhana ini!” Ibu Suri tersenyum ramah kemudian menggandeng Calon menantunya masuk.
“ Kau memang benar-benar mempesona, seperti yang banyak dikabarkan orang dari seluruh penjuru negeri. “ Lanjut Ibu Suri.
“ Anda terlalu memuji. Terima kasih!”
“ Aku minta maaf atas perlakuan Putraku kepadamu, ia hanya terlalu mencintaimu Putri, ia begitu menginginkanmu, percalah putraku akan membuatmu bahagia .”
Sementara itu dikediaman Louis, Sang raja Prancis itu terlihat sumringah, matanya berbinar, ia tersenyum puas atas apa yang diperolehnya. Ia mulai menghias diri, ada bayangan Antonitte dibenaknya, saat ini sang raja benar-benar dimabuk asmara. Selesai berbenah, ia bergegas menemui Antoniette dikediaman yang telah ia persiapkan sendiri.
“ Apa aku mengganggu Putri ?!” Seru Louis tiba-tiba.
“ Tidak sopan sekali raja Prancis memasuki kediamanku tanpa memberi salam!” antoniette menjawab ketus.
“ Bisakah kau bersikap lebih lembut ? Ingat, ini Istanaku, aku bebas melakukan apapun yang aku mau!”
“ Bisa, tapi tidak untukmu!” Antoniette semakin sinis.
“ehem, aku suka sekali sikap itu, kau semakin membuatku gemas untuk menjadikanmu milikku!”
“ Hatiku hanya untuk Pangeran Edward.”
Louis tersenyum “ Saat ini Aku bisa terima itu, tapi lihat saja! aku selalu bisa mendapat yang aku inginkan, dan aku akan buktikan itu padamu Ratuku! “ Louis merapatkan tubuh Antoniette padanya.
“ Lepaskan aku !” pekik antoniette.
“ Malam ini kutunggu kau di pesta dansa istana, seluruh raja kuundang untuk memperkenalkanmu sebagai Ratuku !” Louis melepaskan Antoniette dari dekapannya.
“ Ahk..ya !! kupastikan Pangeran Edward yang kau cintai juga hadir disana, jadi pasti menyenangkan sekali.”
Pangeran Edward ? untuk apa Louis mengundangnya, bukankah ini akan jadi kesempatan emas untuk Antoniette lepas dari Louis.
Malam ini Istana Prancis benar-benar mengelar pesta besar, seluruh pembesar dan pengusa hadir disana, begitu juga Antoniette, matanya pun berburu keseluruh penjuru ruangan, ia hanya berharap segera menemukan pangeran Edward, tunangannya, lalu kabur dari sana. Bagai pucuk dicinta ulang tiba, tak lama mata Antoniette sudah menangkap kehadiran Pangeran Edward yang juga terlihat sibuk mencari-cari dirinya . Antoniette bergegas mendekat.
“ Edward!!” Pangil Antoniette.
“ Antoniette “ Pangeran Edward segera mendekap kekasihnya itu, kemudian segera menggeret antoniette menjauh dari keramaian.
“ Akhirnya aku menemukanmu antoniette, aku terus mencarimu, aku bahkan hampir putus asa! Aku merindukanmu Antoniette!” Pangeran Edward memeluk Antoniette sambil menghujaninya dengan ciuman rindu.
“ Bawa aku pergi dari sini pangeran!”
“ Tentu saja kekasihku, memang itu tujuanku datang kemari, aku akan membawamu pergi dari sini, Tapi Istana ini begitu ketat, Bagaimana kita mencari jalan keluar ?. “
“ Aku bisa menunjukannya!! “ Seru Louis Tiba-tiba.
Loius telah mucul disana, Antoniette dan Edward langsung terperanjat karenanya.
“ Rupaya umpanku termakan juga. “ Louis berjalan mendekati mereka. “ Bagus sekali, kali ini aku tak akan membuat diriku seperti pengecut lagi, karena telah mengambil kekasihmu darimu Pangeran Edward!”
“ Louis kumohon lepaskan kami! Biarkan kami pergi. !” pinta antoniette.
“ Aku dibesarkan sebagai lelaki sejati, maka dari itu, demi wanita yang aku cintai, aku akan mengorbankan nyawaku! Aku menantangmu untuk memperebutkan Marie Antoniette, siapa saja yang kalah harus rela melepaskan Marie Antoniette bagaimana pangeran Edward ? kau menerima tawaranku ? “
“ Jangan Edward, kumohon, kau bisa celaka! Louis kumohon Ampuni kami!” Antoniette kembali memohon.
“ Jangan kuatir putri aku pasti bisa mengalahkannya dan membawamu pergi!” Pangeran Edward meyakinkan Antoniette.
“ Tapi kau tidak tahu siapa dia Edward! ”
“ Percayalah padaku kekasihku, Antoniette!” Pangeran Edward memandang tajam pada Marie Antonitte, Antoniette membalas tatapan Edward begitu cemas.
“ Baiklah aku terima tawaranmu , Dan kau harus memegang janjimu Louis !” seru Pangeran Edward.
“Louis tidak pernah bermain-main dengan ucapannya, Dan Kau, apa kau bisa memengang janjimu ?”
“ Janagn banyak bicara, kau akan mati diujung pedangku Louis.” Pangeran Edward menghunus pedangnya tiba-tiba. Pertarungan memperebutkan sang putripun dimulai. Suara pedang saling beradu, Antoniette hanya berdiri cemas disudut taman, Pangeran Edward tersenyum ketika Louis tersungkur karena serangannya, Loius lalu bangkit, ia tersenyum sinis membalas Pangeran Edward.
“ Kau cukup lumayan Pangeran Edward, tapi aku pastikan kau menyesal pernah menerima tawaranku!” dengan lincah Louis menghunuskan pedang kearah pangeran Edward dan menancap tepat didadanya. Antoniette yang menyaksikan itu tertegun lemas, Tulangnya serasa lepas dari tubuhnya, sekuat tenaga ia berlari kerah Kekasihnya yang sudah tersungkur, darah segar mengucur deras dari dadanya.
“ Berhenti disitu Marie Antoniette!” Perintah Louis.
Antoniette mencoba mengacuhkannya.
“ Berhenti atau kupotong kepala ini dari tubuh kekasihmu!”
“ Kau biadab Louis, kau bukan manusia!” Antoniette merengek penuh air mata.
“ Ini pertarungan antar lelaki sejati Antoniette, Ia telah menyanggupi tawaranku, dan kau sudah menjadi milikku sekarang, ia sudah tidak berhak lagi atas dirimu.”
Louis menarik Marie Anttoniette pergi, ia meraung-raung memanggil kekasihnya yang sudah terbujur tak bernyawa.
“ aku benci kau Louis, kau kejam, kau kejam……”
“ Berhenti berteriak Antoniette, kau milikku , tak akan ada orang lain yang bisa mengambilmu dariku, atau ia berakhir seperti Edwardmu, kau mengerti!! Kau mengerti kan Antoniette !!” Louis terus menyeret tanagn Antoniette menjauh dari Pangeran Swiss yang telah menghembuskan nafasnya itu, sambil terus meronta.
--------------------------------------------------------------------------------
“ Tuan Putri, sudah saatnya Anda menuju Altar!!” perintah Madam Lavaye, seorang ketua rumah tangga Istana yang akan melayani Marie Antoniette. Hari ini adalah hari pernikahannya, Mata Antoniette masih terlihat sembab, sejak kehilangan Pangeran Edward tiga hari yang lalu ia tak kunjung berhenti menangis, dan kini ia harus menikahi lelaki yang membunuh kekasihnya itu. Lelaki yang menurutnya telah menghancurkan hidupnya, untuk selamanya.
Di Altar, Louis tengah berdiri menantikan Marie Antoniette, ia terlihat sangat gagah dibalut Baju pengantinya. Siapa saja Putri yang hadir dalam pesta tersebut pasti terasa dihulus sembilu karena tidak bisa memiliki Raja Tampan yang sangat berkuasa itu.
Raja Prancis itu tersenyum tipis saat Antoniette berjalan kearahnya, hatinya bersorak gembira, Sebaliknya dengan yang dirasakan Pujaan hatinya itu.
Louis kemudian meraih jemari Marie Antoniette, mengecup lembut punggung jari Antoniette, sembari berbisik padanya.
“ Aku akan membuatmu mencintaiku Ratuku Marie Antoniette , kau pasti bahagia bersamaku, aku bersumpah.”
Setelah melalui serombongan upacara perkawinan kini sudah saatnya bagi kedua mempelai Raja dan Ratu Prancis itu digiring sekelompok dayang menuju kamar pengantin. Kamar Pengantin yang dihias begitu mewah, bunga-bunga disematkan dan bertaburan diseluruh sudut, bau harum semerbak membawa kedamaian, namun tetap saja bagai neraka untuk Marie Antoniette. Dayang-dayang lalu pergi setelah menyiapkan seluruh keperluan Raja dan Ratu mereka, meninggalkan Louis dan Marie Antoniette berdua.
“ Berhentilah memasang raut muka masam padaku, Ratu! “… “ Sudah seharusnya kau bahagia, kini kau seorang Ratu Prancis!” Ujar Louis.
“ Bagaimana kau bisa bahagia kalau aku tidak pernah bermimpi untuk menikah denganmu Louis ! kau bahkan merengut seluruh kebahagianku.” Tangis Antoniette meledak.
Louis hanya terdiam, ia lalu merangkul Antoniette.
“ Jangan coba-coba menyentuhku Louis !” Sang Ratu Prancis itu mengelak.
“ Hei, kau istriku Marie Antoniette, sudah seharusnya kau melayaniku dan ini malam pengantin kita!”
“ Kau memang tidak punya hati Louis, kau sudah membuatku sangat menderita.”
“ Sudahlah, malam ini aku akan membuatamu bahagia!” Louis membelai lembut wajah Marie Antoniette.
“ Hentikan Louis, Hentikan !! “


Louis yang sudah dirundung birahi tak lagi menghiraukan raungan Marie Antoniette, ia lalu mendekap erat Antoniette, menciumi bibir Antoniette dengan kasar, juga menindihnya. Antoniette masih terus berontak, ia sempat hampir saja lepas dari pelukan Louis, tapi Tubuh Louis terlalu kuat untuknya, ia hanya mampu merintih dan akhirnya menyerah, Sang Raja itu akhirnya berhasil merebut mahkota terindah Sang Ratu Prancis .
***********
“ Harusnya kau tidak melawan, coba lihat lenganmu jadi terluka.” Louis mengusap lembut lengan Marie Antoniette dengan kain hangat, hatinya terenyuh, karena akibat perbuatannya semalam wanita yang paling dicintainya itu terluka.
Marie Antoniette merintih kesakitan, lukanya cukup dalam, Namun tak sesakit hatinya kini.
“ Maafkan aku Ratuku.” Pinta Louis pelan.
Marie Antoniette hanya membisu, Louis semakin didera rasa bersalah. Marie Antoniette kemudian menatap marah padanya. Entah kenapa Louis malah tersipu, wajahnya merah, ia teringat lagi peristiwa semalam, baginya itu tetaplah sebuah pengalaman yang indah. Ketika ia memasuki suatu alam yang belum pernah ia dapati sebelumnya, hingga menuntunnya pada puncak kepuasan.

Langkah Louis semakin cepat menyusuri koridor istana, siang ini tiba-tiba ia dikejutkan satu kabar, bahwa Marie Antoniette tiba-tiba jatuh pingsang, sesampainya di kamar Marie Antoniette, ia mendapati Istrinya itu tengah terbujur lemah diatas ranjang putih. Ia mendekat pada Antoniette yang terpejam, digenggamnya tangan sang Ratu itu.
“ Bagaimana Dokter, apa yang terjadi padanya ? “ Louis bertanya penuh khawatir.
“ Selamat Baginda, Ratu sedang mengandung.”
“ Benarkah ? “ Louis terkejut, seakan tak percaya ucapan dokter tadi, Lalu ia bersorak gembira, seluruh pengawal dan dayang-dayang yang ada diruangan itu juga ikut bersorak- sorak bahagia, mereka akan segera menyambut keturunan pertama kerajaan Prancis.
-------------------------------------------------------------------
“ Kau harus lebih banyak istirahat Ratuku, jaga kesehatan kandunganmu!”
“ Memangnya aku peduli, kau tau apa tentang kandunganku ? .” Marie Antoniette menjawab Louis ketus, kandungannya kini telah memasuki bulan kesembilan, Louis yang mendengar ucapan antoniette tadi langsung naik darah , tapi lagi-lagi ditahannya, ia tak mau Antoniette sampai berbuat nekat mencelakai anaknya.
“ Aku memang tak tahu apa-apa tentang kandunganmu, tapi aku tahu yang kau kandung itu anakku, jadi aku tidak ingin terjadi apa-apa padanya.”
“ Aku tidak akan membunuhnya Louis, jadi kau tidak perlu kuatir.”
“ Bukan begitu maksudku, Ratu! Aku hanya dengar dari para dayang kalau kau kurang memperhatikan kesehatanmu, itu tidak baik untuk bayi kita. “
“ Itu karena sejak awal aku memang tidak menginginkannya Louis, kau yang mau anak ini, bukan aku!”
“ Jaga ucapanmu, Ratu!! “ Louis kembali geram. tiba-tiba Marie Antoniette menjerit kesakitan sambil memegangi perutnya, Louis menjadi panik, darah mengucur deras disela kaki Marie Antoniette .


“ Ya Tuhan ada apa denganmu, Ratu ? Dayang cepat panggil Dokter istana!” Louis segera membopong istrinya menuju kamar. Tak lama Dokter datang, ia menyatakan bahwa air ketuban kandungan Sang Ratu itu sudah pecah lebih cepat, Ratu mengalami Pendarahan, ia akan melahirkan , Louis menjadi pucat. Suasana di Istana saat itu menjadi tegang, ibu Suri sedari tadi terus berusaha menenangkan Louis. Proses persalinan itu sepertinya berjalan sulit untuk Marie Antoniette, ia harus berjuang selama lima jam setelah akhirnya, seorang bayi laki-laki berhasil dilahirkannya.
“ Ratu…Ratu…, bangunlah! Coba lihat bayi kita !” Louis berbisik pelan ditelinga Marie Antoniette yang baru saja siuman. Dihadapannya Louis duduk sambil mendekap bayi kecil yang merah. Ia begitu kecil.
“ Lihat Ratu, kau telah melahirkan pewaris Prancis untukku, seorang Pangeran !” Louis melanjutkan ucapannya. Marie Antoniette hanya memandang lemah pada bayi didekapan Louis, Louis lalu mengulurkan bayi itu pada Antoniette, Sang ratu kemudian mendekapnya, tapi entah menagapa tiba-tiba hati Marie Antoniette diselimuti kebencian pada bayi yang baru saja dilahirkannya.
“ jauhkan dia dariku, aku tidak pernah menginginkannya! aku membencinya seperti aku membencimu, Jauhkan dia dariku aku tak mau melihatnya. “ Pekik Merie Antoniette penuh kebencian.
Louis terkejut bukan main melihat sikap Marie Antoniette.
“ Ratu, apa kau sudah tidak waras ?” timpal Louis kesal.
“ Aku tak peduli, jauhkan saja bayi ini dariku, aku tak mau melihatnya.” Suara keras Marie Antoniette, membuat bayi yang baru lahir itu menangis kencang, sampai akhirnya Dokter datang dan menenangkan Ratu Prancis itu.
“ Begini Baginda, karena proses bersalin yang sulit, sang Ratu terkena sindrom ketakutan pada bayinya sendiri, sehingga ia membenci pangeran yang baru dilahirkannya. “
“ lalu , apa yang harus aku lakukan Dokter ?”
“ Baginda harap tenang, sindrom ini tak akan berjalan lama, Baginda hanya perlu lebih bersabar menghadapi Ratu, yang ia butuhkan hanya kasih sayang dan perhatian lebih dari Baginda Raja, usahakan saja Ratu tetap bahagia.”
Louis menjadi sedikit tenang mendengar penjelasan dokter. Ia kembali kekamar , memendang istrinya yang masih terkulai lemah, matanya menerawang kosong. Louis bisa mengerti betapa istrinya itu menderita merasakan sakitnya.
Tangis Pangeran yang baru, menggelegar di kediaman Marie Antoniette, beberapa dayang sibuk menimang-nimang bayi itu, tapi tak kunjung berhenti menangis. Sedangkan Marie Antoniette hanya diam, mengacuhkan tangis bayinya, ia sibuk mencoba beberapa gaun baru.
“ Ratu, saya rasa Pangeran lapar, sebaiknya segera Ratu susui. “
“ Apa kau tidak melihatku sedang sibuk madam lafaye ? “
“tapi Ratu, pengeran sedang kelaparan, ia perlu anda !”
“ Madam, Kau ini ribut sekali, memangnya tidak ada ibu susu di Istana ini ? aku dulu juga tidak menyusu pada ibuku kandungku.” Bentak Antoniette
“ maaf, jika saya lancang, tapi alangkah baiknya jika anda yang menyusui Putra anda sendiri.”
Marie Antoniette melempar dengan marah gaun yang dipegangnya, ia sungguh dibuat kesal oleh Madam Lafaye.
“ Terserah kau mau bilang apa, aku tetap tak mau menyusuinya, lagi pula dia bayiku, jadi sesukaku mau kuapakan dia.” Tegas Antoniette kesal.
“ Tapi Ratu, kasian Pangeran…” Rengek Madam Lavaye yang tak tega melihat bayi Marie Antoniette terus meraung-raung mengais.
“ aaaaahkkhh…sudahlah! Kau mengganggu waktuku saja. “
---------------------------------------------------------------------
“ Ratu, kudengar kau tak mau menyusui anak kita, bahkan kau tak mau menyentuhnya, mengapa?” Louis datang melayangkan protes pada Marie Antoniette. Sang Ratu cantik itu hanya terdiam, ia sibuk membaca bukunya.
“ Ratu, kau mendengarku, tidak? “ Marie Antoniette masih terus saja mengacuhkan Loius.
“ Ahk.. Ratuku…!” hardik Louis, sembari menyahut buku ditangan Marie Antoiette penuh marah.
“ Kau hanya tidak tahu betapa rewelnya Pangeran Aguste, ia terus saja menangis tiap malam membangunkan tidurku, kalau aku kesal padanya apa aku salah?” bentak Antoniette kemudian.
“ Ya Tuhan…, Antoniette, putra kita memang masih bayi, ia tahu apa selain menangis?” Louis menghela nafas, ia tak habis pikir dengan apa yang dipikirkan Marie Antoniette.
“ Kita adalah orang tuanya, itu sudah tugas kita untuk merawat dan membesarkan dia!” Louis melanjutkan Protesnya.
“ Kalau begitu kau rawat saja putramu itu sendiri, karena dari awal aku selalu bilang kalau aku tak menginginkan dia, habis perkara!”
“ Marie Antoniette jaga ucapanmu! “ Louis mulai kehilangan kesabaran. “ku pikir sindrommu saja penyebab sikap kasarmu pada Pangeran Aguste, ternyata kau memang ibu yang tidak punya perasaan.”
“ semua itu karena kau lah yang menyebabkannya, Loius!”
“ Jadi kau membalasnya pada putaramu sendiri?”…” Ingat Antoniette, Pangeran Aguste adalah darah dagingmu, binatang saja aku rasa tak akan tega menyakiti anaknya sendiri!”
” Aku bukan binatang” Potong Marie Antoniette.
“ kalau begitu harusnya kau bisa menyayangi Pangeran Aguste,bukan?”
“ Tetap saja tidak!!”
“ kenapa? “ Louis makin meradang.
“ Karena kau ayahnya! Dan aku membencimu, kau yang menghancurkan hidupku.”
Louis terdiam, ia benar-benar marah dengan ucapan Marie Antoniette, tak pernah ia bayangkan jika Antoniette bisa sekeras itu.
“ baik lah kalau begitu, tunggu disini !” Louis meninggalkan Marie antoniette tergesa-gesa, beberapa saat kemudian ia kembali sambil menggendong Pangeran Aguste.
“ Selama ini kau selalu menganggap aku kejam, biadap, tidak berperasaan, Hahk, ternyata kau tidak berbeda denganku. Jadi, karena kau tidak menginginkan anak ini, dan akau juga terus dibuat pusing denagn sikapmu padanya…...” Louis menurunkan bayinya dari gendongan dan meletakkannya dilantai.
“ Sebaiknya aku bunuh saja bayi ini, dan kita tidak perlu banyak meributkan dia lagi.”
Marie Antoniette seakan disambar petir mendengar ucapan Louis, tanpa pikir panjang ia langsung berlari mendekap bayinya sementara Louis tengah mengayunkan pedangnya kearah tubuh mungil Pangeran Aguste. Ia meraih Aguste, dan menjauhkannya dari Louis.
“ Apa Kau sudah gila Louis, kau mau membunuh putramu sendiri ?”
Louis tersenyum penuh kemenangan menyaksikan pemandangan didepannya, Marie Antoniette mendekap erat putra mereka, ia hanya yakin hati lembut Marie Antonitte tak akan setega itu , untuk anak yang telah dikandung dan dilahirkannya sendiri.
Marie Antoniette menagis tersedu, Ia menyadari kesalahannya. Kakinya lemas karena peristiwa beberapa saat yang lalu hampir saja merengut nyawa putranya. Wanita itu menciumi bayinya dengan sayang, mendekapnya erat.
“ Aku tau kau mencintainya Ratu, jadi aku mohon, Kau boleh membenciku tapi jangan acuhkan dia. Karena kau pertaruhkan nyawamu sendiri untuk membiarkan dia hadir kedunia ini.”
Tangis Antoniette semakin menjadi, ia semakin tahu betapa berharga putranya. Ia ciumi pipi mulus putranya itu.seolah tak ingin melepasnya, Louis kembali tersenyum lega.
Tahun demi tahun berganti, banyak yang berubah di dalam istana, keadaan negeri Prancispun tak lagi damai sejak agresinya ke Amerika, perang terjadi, sehingga rakyat mulai menderita sebagai imbas. Kas negara hanya dipusatkan untuk peperangan. Diwaktu yang sama, putra mahkota Prancis, Pangeran Aguste tengah memasuki usianya yang kelima tahun. Ia memperlihatkan perkembangan yang pesat, hal ini mendorong Marie Antoniette untuk semakin banyak menghabiskan uang negara demi putra semata wayangnya. Walau pun demikian ada pula yang belum berubah hingga detik ini, yaitu kebencian Marie Antoniette pada Louis. Ia masih saja membenci Louis, meskipun segala cara telah digunakan Louis untuk merebut hati Marie Antoniette. Dan Louis yang tangguh itu tak juga menyerah. Telinganya bahkan cukup kebal mendengar ucapan sinis Marie Antoniette padanya, tiap kali pula ia dibuat sakit hati oleh penolakan Marie Antoiette, namun Louis terus bersabar.
“ coba lihat, bagus kan sepatu ini sayang ?, kau jadi semakin gagah.” Seru Marie Antoniette pada putra yang kini disayanginya setengah mati.
“ tapi sepatuku yang lama juga masih bagus, ibu! ” ujar Pangeran kecil Aguste
“ tak apa sayang, kau ini Putra mahkota, jadi wajar jika selalu mendapat yang baru.”
Madam Lafaye yang sedari tadi memperhatikan percakapan ibu dan anak itu tertarik untuk bergabung.
“ Kas negara saat ini sudah banyak keluar untuk belanja dalam istana , Ratu, jadi saya rasa itu kurang baik, karena banyak rakyat sedang kelaparan diluar Istana,”
“ Oya ?” timpal Marie Antoniette tak acuh.
“ benar Ratu, saya dengar Baginda Raja juga mendapat teguran dari mentri dalam negeri beberapa waktu yang lalu tentang hal ini.”
“ kalau begitu batalkan pesanan sutra indiaku dan jambrud dari cina !” perintah Antoniette.
“ Baik Ratu, ……Ehk, Ratu, saya ingin melaporkan sesuatu !”
“ Apa itu, katakan madam Lafaye !” Marie antoniette menjawab penasaran.
“Saya mendengar kabar, bahwa Tsar Rusia mengirimkan Putrinya.Agar lebih mempererat hubungan antara Prancis dan Rusia”
“ Aku rasa itu kabar bagus!” jawab Marie Antoniette
“ Yang tidak bagus adalah karena Tsar Rusia juga menghadiahkan putrinya untuk dijadikan selir, Raja Louis!” Marie Antoniette sedikit terkejut, ia mengerutkan dahi.
“ Kau, tidak bohong kan Madam ?”
“ ahk.. saya tidak akan berani mengatakan hal yang tidak benar, paduka Ratu!”
Ada pertanyaan mengeliat dibenak Antoniette perihal berita tadi.
“ Saya juga mendengar bahwa ibu suri sangat mendukung rancana Tsar Rusia.”
“ Ibu suri mendukung?” seru Marei Antoniette, pelipisnya berdenyut karena semakin penasaran, tiba-tiba hatinya Resah.
“ Benar, Ratu, dan kabarnya lagi, semua itu karena Paduka Raja sering mengeluh kesepian pada ibu Suri.”
Marie Antoniette berdiri dari duduknya. Ada bisik dalam hatinya, selama ini ia selalu menolak untuk melayani Louis, bahkan harus ada pertengkaran tiap kali Louis mendekat, jadi benar saja jika Louis lalu merasa diacuhkan dan kesepian.
“ Maaf Ratu, saya rasa ini juga tidak baik untuk Ratu, karena bisa mengancam posisi anda, terlebih jika Paduka Raja benar-benar menyukai Putri Rusia itu.”
Marie Antoniette terhentak, namun kenapa ia harus Khawatir jika toh ia memang tidak mengharapkan menjadi Ratu dari seorang Louis, atau pun memiliki rasa cinta untuk Louis.
“ Akh, biar saja, untuk apa aku harus repot berpikir, aku tidak pernah menyukai Louis dan menginginkan posisi ini.” Seru Antoniette.
“ Baiklah jika itu kemauan Ratu, tapi anda juga harus memikirkan posisi Pangeran aguste agar tetap jadi Putra mahkota, bukan ?”
ah..madam Lafaye benar tentang ini. ketika pandangan Marie Antoniette mengarah pada Pangeran Aguste putranya, hatinya jadi berontak untuk tetap bertahan pada posisinya saat ini.
“ Kau benar madam, aku tetap ingin Aguste yang akan menjadi Louis KeXVII “
Benar saja kabar yang disampaikan Madam Lafaye, karena beberapa hari kemudian, Putri dari Rusia itu tiba di Prancis. Ia disambut tak kalah meriah seperti kedatangan Marie Antoniette dulu. Louis dan Ibu Suri berdiri menyambut dibarisan paling depan. Sesaat kemudian Putri Rusia itu muncul dari dalam keretanya. Antoniette memperhatikannya dengan seksama dari kejauhan. Putri itu berjalan pelan, ketika ia mulai mendekat Antoniette pun bisa melihat wajahnya, Putri itu terlihat sangat ceria dengan balutan gaun kuning yang dihiasi beberapa payet. Wajahnya mungil dan manis. Ada tahi lalat kecil dibawah bibirnya, sehingga ia makin terlihat manis. Rambutnya hitam dan tergulung rapi memperlihatkan keindahan lehernya. Louis Mengecup lembut punggung tangan putri itu untuk mengucap salam, kemudian Ibu suri menggandeng lengannya setelah mereka saling memberi hormat.
Louis mengalihkan pandanganya pada Marie Antoniette yang terus mengawasi dari tadi. Ia lalu menggiring Putri Rusia tadi semakin mendekat pada Marie Antoniette.
“ Kenalkan ini Ratuku yang sangat ku cintai, Ratu Marie Antoniette. “ Seru Louis Pada si Putri Rusia. Putri itu tersenyum ramah pada Antoniette, dan memberinya salam.
“ Hormatku untuk Ratu Prancis.”
“ Hormatku untuk Putri Rowena Alexandra dari Rusia.” Balas Marie Antonitte.
Mereka lalu bersama-sama memasuki Istana.
“ Malam ini akan ada jamuan makan malam untuk Putri Rowena, aku ingin kau hadir bersamaku untuk menghormati kedatangannya, Ratu.” Pinta Louis pada Antoniette
“ tentu saja aku pasti kan hadir untuk menghormati calon Istri Barumu itu, Paduka.” Jawab Antoniette.
“ apa maksudmu mengatakan itu, Ratu ?” Louis mengejar jawaban Antoniette yang menurutnya sukar dicerna kepalanya.
“ Aku dengar ia datang untuk menjadi selirmu, agar persahabatan Prancis dan Rusia tetap terjalin.”
“ ha…ha…ha…ha, siapa mengatakan itu padamu, Ratu.?” Louis tertawa geli mendengar ucapan Marie Antoniette.
“ kenapa tertawa, benarkan yang ku katakan ?”
“ pasti madam lafaye yang menyampaikan ini padamu?…yah, kalau memang kau sudah tahu, ya sudah,aku tidak perlu mengatakan lagi padamu.”
“ Jadi benar begitu ?” desak Antoniette
Louis hanya menjawabnya dengan senyuman, ia mendekati Marie Antoniette, perlahan Louis memeluk punggungnya, lalu ia berbisik ditelinga Antoniette.
“ Untuk itu kau harus mempertahankan posisimu Ratuku, terutama dihatiku!” Kemudian dengan cepat Louis mendaratkan kecupan dipipi Marie Antoniette, dan pergi meninggalkan Antoniette yang masih mematung terkejut karena kecupan tadi.
----------------------------------------------------
“ Sejak Putri Rowena itu datang, Paduka jadi jarang mengunjungi anda Ratu, sepertinya waktunya banyak ia habiskan bersama Putri itu.” Ujar Madam Lafaye
“ Itu urusan Paduka Raja, kau tidak seharusnya ikut campur madam!” sahut Antoniette ketus.
Madam Lafaye langsung menutup mulutnya, Bola matanya juga naik turun, lalu berdehem kecil, kemudian akhirnya pamit meninggalkan Marie Antoniette. Sang Ratu itu tersenyum simpul melihat tingkah Madam Lafaye.
Madam Lafaye benar, sudah dua pekan Louis tak lagi mengunjung Marie Antoniette seperti yang biasa ia lakukan. Marie Antoniette kembali teringat ucapan Louis akan posisinya yang terancam, tapi sekali lagi ia menepis pikiran itu, toh ia memang tak menginginkan menjadi Ratu dari Raja yang dibencinya itu.
Antoniette menuju jendela perak dikamarnya, Ia terbangun ketika mendengar suara gaduh diluar, membuatnya tertarik untuk melihat apa yang terjadi. Diluar sana ternyata Putri Rowena sibuk bermain dengan sikecil Pangeran Aguste, yang membuat Antoniette terbelalak kemudian adalah kehadiran Louis diantara mereka. Kali ini Marie Antoniette mulai kelabakan, Putri itu mulai merebut perhatian Putra semata wayangnya.
“ Apa-apaan ini, berani sekali ia menyentuh Putraku.”
Antoniette segera berganti pakaian, ia melangkah cepat menuju halaman tepat dimana Suami, anak, dan Putri Rusia itu berada.
“ Pangeran Aguste, siapa yang membawamu keluar dari kediaman tanpa seijinku ?”
kedatangan Marie Antoniette yang tiba- tiba itu mengejutkan semua orang yang ada dihalaman, ditambah air mukanya yang penuh kesal.
“ Maaf Ratu, saya yang membawa Pangeran keluar untuk bermain, karena matahari pagi baik untuk kesehatan. “ Jelas Putri Rowena pada Marie Antoniette.
“ Tapi siapapun yang membawa putraku harus dengan seijinku, Putri.” Balas Antoniette.
“ Putri Rowena sudah mendapatkan ijinku, Karena aku juga berhak atas Pangeran Aguste bukan ?” Ujar Louis kemudian.
“ Maaf Paduka, bukan aku bersikap tidak sopan tapi aku tetap ingin Pangeran ada dibawah pengawasanku.”
“ iya aku tahu, Tadi aku juga hendak meminta ijinmu, tapi kau tidur terlalu nyenyak, aku tidak sampai hati kalau harus mengganggu tidurmu,Ratu. Lagi pula, benar kata Putri Rowena, matahari pagi baik untuk kesehatan Pangeran Aguste.”
Kini Marie Antoniette tak bisa menentang, ia terdiam dan mengakui kemenagan Putri Rowena.
Louis berjalan mendekati antoniette, ia memandangi Istrinya itu.
“ meski pun belum mandi, kecantikanmu itu tidak pernah luntur ya ?.”
pipi Marie antoniette berubah merah seketika karena malu, tanpa basa-basi lagi ia beranjak meninggalkan Louis.
--------------------------------------------------------------------------
“ Aku dengar hubungan Pangeran Aguste dengan Putri Rowena cukup dekat akhir-akhir ini Baginda ?” Tanya IbuSuri pada Louis sembari menuguk secangkir teh ditangannya.
“ Benar Ibunda.” Jawab Louis singkat
“ Aku rasa itu bagus, dan tidak semua wanita bisa sedekat itu dengan anak tirinya.”
Louis terperanjat mendengar ucapan Ibusuri.
“ Apa maksud ibunda dengan mengatakan anak tiri?”
“ iya, maksudku, aku menyukai Putri Rusia itu, dan langkah baiknya pula jika ia bisa menjadi bagian dari kerajaan ini, itu juga dapat mempererat hubungan dua negara bukan?”
“ jadi ibunda bermaksud agar aku menikahi Putri Rowena ?” Louis menggeleng, seraya tertawa kecil menimpali ucapan ibunya.
“ tentu saja, memangnya apalagi Baginda ?“
“ Ha…ha..ha..!!” Louis tertawa spontan.
“ Hei, kenapa Baginda malah tertawa, apa yang lucu? Aku ini serius!” sahut Ibusuri kesal
“ Maaf ibu, tapi, aku tidak pernah berfikir untuk menjadikan Putri Rowena sebagai istri Keduaku.”
“ ah..Putraku ! apa kurangnya Putri Rowena ? ia begitu cantik, anggun, dia juga baik hati dan yang paling penting, aku perhatikan ia menaruh hati padamu. Aku rasa Tsar juga tidak mengirimkan ia kemari hanya untuk misi perdamaian kan ? “
“ tapi aku sudah memiliki seorang istri yang aku cintai, dia memiliki segala yang aku inginkan ?”
“ Hah.., Ratu itu kau bilang ?” Ibu suri mendesah kesal, “ ayolah Putraku, ia hanya memberikan sakit hati padamu, ia juga tidak pernah melayanimu, dan maaf…dia juga membencimu, bukan ? Dia bukan hanya istri yang tidak baik, tapi juga Ratu yang banyak dibenci rakyat juga pejabat yang lain ! Kau tau, dia begitu Arogan. Dia hanya cantik tapi tidak begitu dengan hatinya.”
“ ibunda..tapi ia memberiku seorang Putra mahkota.! “
“ Putri Rowena juga bisa.!”
“ Tapi Putri Rowena tidak bisa membuatku jatuh cinta.”
“ ahhh…kau hanya belum mencobanya “ desak ibusuri. “ Putraku, ibu tau apa yang sudah ratu itu lakukan padamu bertahun-tahun ini, seluruh istana sudah membicarakannya, ia begitu dingin padamu, dan kau terus saja ditolak olehnya, apa lagi yang kau harapkan?”
“ aku patut menerimanya ibu, itu adalah resiko yang aku tanggung, karena aku memboyongnya kemari dengan paksa, aku mengambil seluruh miliknya, jadi aku akan terima apapun yang ia lakukan padaku, untuk itu aku juga akan membayar dengan memberinya kebahagiaan, juga dengan seluruh hatiku, nyawaku sekali pun.” Tegas Louis.
Ibusuri hanya tertegun mendengar jawaban Putranya, ia tidak habis pikir, bagaimana bisa Louis setulus itu mencintai Ratunya, yang selalu mengacuhkan ia.
“ Aku tak akan berhenti berjuang mendapatkan hatinya ibu, ia adalah hidupku! Sejak awal melihatnya aku tau dia untukku, sejak saat itu pula ia bagai nafas bagiku, karena itu sekuat apapun ia menolakku, aku tidak akan menyerah, ia seperti air yang mengisi tiap ruang dihatiku, hingga terisi penuh yang tidak menyisakan setitik pun tempat untuk wanita lain, cintaku padanya begitu menyesak dada, dan rasa itu makin hari semakin menekanku ibu, membuatku tidak tahan sehari saja tidak melihatnya.” Louis meneruskan ucapannya.
“ Tapi Putraku, ibu takut kau akan menyesal jika nanti kau gagal mendapatkan hatinya !”
“ Aku akan terus mencobanya ibu.Dan kau tidak akan pernah menyesal. Aku juga tidak ingin mati kalau belum mendapatkan cintanya.”
Kali ini ibusuri menghela nafasnya panjang, ia harus menyerah membujuk Louis, ia menatap Putranya itu penuh sayang, Louis lalu mendekat padanya, dan menidurkan kepala di pangkuan ibunya. Ibu suri kemudian membelai lembut kepala Louis, Ia begitu kagum atas semangat putra yang dilahirkannya itu.
Marie Antoniette berputar–putar mencoba gaun barunya, bibirnya tak berhenti tersenyum, disampingnya Madam Lafaye, juga sibuk memilah- milah gaun baru sang ratu.
“ Ratu, kali ini anda berbelanja banyak sekali, bukankah gaun baru ratu yang lain baru saja dipesan satu pekan yang lalu.” Tegur madam Lafaye ia mulai khawatir pada kebiasaan Ratunya yang senang sekali berbelanja.
“ Aku sudah bosan dengan gaunku yang lama, lagipula, gaun itu sudah aku kenakan semuanya untuk berbagai pertemuan, and gaun baru ini untuk pesta ulang tahun Pangeran Aguste, jadi apa salahnya? Lagi pula apakata mereka kalau seorang Ratu Prancis memakai gaun yang sama.”
Madam lafaye hanya tersenyum kecut memperhatikan sang Ratu.
“ Ibu….Ibunda…ibu…” suara nyaring pangeran aguste manyebar diseluruh ruangan Marie Antoniette, ia berlari mendekati Marie antoniette dan menyambarnya dengan pelukan.
“ Ahh..Pangeran kecilku, kenapa berteriak-teriak ? kau mengagetkan ibu saja! Sini ibu kelitiki kau!”
Pangeran Aguste tertawa geli dipelukan Marie Antoniette, ia mengerang tak kala Antoniette terys mengelitikinya.
“ Katakan Ampun! Katakan ampun!” perintah Antoniette sambil terus mencandai putranya.
“ iya..iya.. Ampun..Ampun.!”
“ Bagus..” Antoniette menghentikan serangannya kemudian menciumi buah hatinya.
“ hentikan Ibunda, ha…ha..ha, jangan perlakukan aklu seperti anak kecil !”
“oh..,jadi Putraku sudah besar sekarang ?” pekik Antoniette.
“ Iya aku sudah besar, Usiaku kini sudah enam tahun ibu!” Pangeran Aguste berdiri diatas tempat tidur Antoniette, ia menaruh tangannya dipinggangnya yang kecil.
“ Hah..benar, Selamat Ulang tahun putraku tersayang Pangeran Aguste!”
“ Hadiahku ? “
“ ah, hampir sja aku lupa! Madam Lafaye, persembahkan hadiah untuk Pangeran!”
“ ye..yeee..cepat madam, kau ingin tau!” Anguste bersorak-sorak. Ia semakin kegirangan ketika mendapatkan ornamen berbentuk sebilah pedang.
“ terimakasih ibu !”
: Kau suka, pangeran ?”
“ Iya..tentu saja, aku terlihat gagah seperti Ayah, bukan? “
Marie Antoniette terdiam, telinga selalu panas tiap kali ada yang menyebut-nyebut Louis. Tapi, ia tidak bisa mengelak, bagaimanapun Aguste adalah putra Louis, dan semakin hari ia semakin mirip dengan Sang Ayah, Rambut dan mata Pangeran kecil itu juga benar-benar mewarisi Ayahnya. Coklat terang, begitu khas seorang Prancis.
“ ibu aku mirip ayahanda bukan ?” Aguste meneruskan.
“ benar Pangeran , anda memang begitu mirip dengan paduka yang gagah dan tampan, ooohh…andai saja aku bisa mendampinginya.” timpal Madam Lafaye.
“ kalau begitu aku tidak mau menjadi putra kalian..” balas aguste.
“ Kenapa ?” sahut Madam Lafaye heran.
“aku tidak mau punya ibu yang sudah tua!”
semua orang yang ada diruangan itu tertawa mendengar ucapan jujur Pangeran kecilnya.
Madam Lafaye cemberut kesal.
“ Ratu.. Baginda Raja Datang !” seru seorang punggawa. Tak lama kemudian Louis sudah muncul dihadapan mereka , dan mereka pun memberi hormat.
“ Aku mencarimu dikediamanmu Putraku, ternyata kau disini !” ujar Louis, ia menggankat Pangeran aguste dalam dekapannya.
“ Aku menagih hadiah ulang tahunku pada ibu, Ayah..!”
Louis mengalihkan pandangannya pada Marie Antoniette, sang ratu itu pun tertunduk.
“ Selamat Ulang Tahun Pangeranku!”
“ Terima kasih, ahh…dimana hadiahku ayah ?”
“ karena itu ayah mencarimu, dan hadiahmu…ada diluar sana!”
“ benarkah? Apa itu ? aku ingin tau!”
“ Ratu aku ingin membawa kalian keluar, kau bersedia ? “
Marie antoniette hanya mengangguk, kemudian mengikuti Louis.
Diluar, seekor kuda hitam berdiri gagah, kuda itu terlihat sangat kokoh dan kuat, disampingnya berdiri pula Putri Rowena, ia mengenggam kendali kuda hitam itu. Marie antoniette, menjadi berang, ia tidak suka dengan kehadiran Rowena disitu.
“ Hormatku Ratu!” seru Rowena menyalami Antoniette, Antoniette membalasnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
“ ah..selamat Ulang Tahun Pangeran Aguste, semoga kau panjang umur dan seluruh berkah tuhan datang padamu.” Lanjut Rowena.
“ terima kasih, kudamu bagus sekali Putri!” balas sang Pangeran kecil, ia terkesima melihat kuda hitam gagah dihadapannya.
“ ini bukan kudaku, tapi kudamu ?”
Aguste menajdi kebingungan, ia memandang ayahnya, dan Louis mengangguk.
“ itu hadiah ulang tahunmu Putraku !”
Pangeran Aguste terbelalak, bibirnya mengganga tak percaya, tak kalah terkejutnya dengan Marie antoniette.
“ Louis, kau benar-benar akan memberikan kuda ini untuk Pangeran ?” Antoniette menyahut dengan nada tinggi.
“ iya, kuda ini bagus bukan, Putri Rowena yang memberikan ide ini dan memilihkannya sendiri kudanya untuk Pangeran.” Jawab Louis.
Marie antoniette mendengus kesal, ia menarik Louis menjauh dari rombongan.
‘ Apa maksudmu dengan mendengarkan ide Putri Rowena ? Kuda terlalu berbahaya untuk Pangeran, dia masih kecil,lagipula aku ibunya, kenapa kau tidak membicarakan dulu ini denganku ?”
“ karena kau pasti tidak akan setuju !”
“ tentu saja!” tukas Antoniette begitu ketus.
“ karenanya aku tidak membicarakannya denganmu, lagi pula apa yang salah dengan kudanya, lihat, kudanya sempurna, Rowena pandai sekali memilih kuda, iya kan ?”
“Karena kuda itu sempurna, ia bisa melukai anakku.”
“ Hah..ratu, Pangeran tidak akan terluka, ia juga sudah cukup besar untuk bisa menunggang kuda! Dulu aku malah menunggang kuda lebih muda dari usia Pangeran. Putri Rowena juga begitu dan ia baik-baik saja.” Louis meyakinkan.
“ Tapi ini berbeda.”
“apanya yang berbeda, Aguste seorang pria, aku juga begitu!”
“ Tapi….”
“ Hah.., percayalah Ratu, Pangeran akan baik-baik saja, coba lihat itu, dia begitu senang mendapat kuda barunya, apa kau tega merusak suasana hatinya ?”
“ Baik..tapi aku ingin kau yang bertanggung jawab penuh akan keselamatan anakku!”
“ tidak masalah, aku sendiri yang akan mengajirinya menunggang kuda, karena dia juga anakku!”
Louis menatap mata Antoniette dalam, Antoniette dapat melihat keyakinan itu dimata Louis, akhirnya ia harus pasrah adan menerima keputusan Louis.
“ Jangan kecewakan aku!” Marie Antoniette mengingatkan.
-------------------------------------------------------------------------
“ aku khawatir sekali melihat Putraku diatas kuda itu.” Seru Antoniette ketika memperhatikan Putra kesayangannya sedang beraksi menunggang seekor kuda hitam pekat yang besar. Louis duduk dibelakang Pangeran Aguste, Pangeran itu menaburkan senyuman ceria dipipi lembut yang merah merona.
“ Jangan Khawatir Ratu, ada baginda bersama Pangeran.” Timpal Madam Lafaye.
Marie Antoniette mengalihkan pandangan, Putri Rusia itu juga tengah berada diantara suami dan Putranya. Sang Putri menunggang kuda lain dengan anggun. Antoniette kembali meradang.
“ Semua ini gara-gara Putri Rusia itu ! lihat, apa yang dia lakukan disana, ia terus saja mengekor Louis dan Aguste..”
“ Ratu, jangan-jangan ini memang sudah ia rencanakan untuk mendekati Baginda dan Pangeran.” tebak Madam lafaye, tangannya mengepal yakin.
Antoniette, terdiam, ia mencerna baik-baik ucapan madam Lafaye.
“ Kau benar,madam! Ia pasti sudah merencanakan ini dengan memberi Luois ide untuk menghadiahi Aguste kuda, karena dengan begitu ia bisa leluasa mendekati mereka.”
“ Ia juga tahu jika Ratu pasti tidak suka, dan akan menjauh dari urusan ini.”
Marie antoniette menghembuskan nafas, ia benar-benar dibuat kesal oleh Putri Rusia itu, dan kalau saja apa yang dipikirkannya itu benar, ia siap mengadakan perhitungan dengan sang Putri Rusia.
“ Yang paling berbahaya, jika ia mengincar posisi Ratu sebagia permaisuri paduka.”
“ ahkk, tapi bagaimanapun posisiku ini tidak bisa dirubah lagi Madam.”
“ Ratu jangan lupa, Ibusuri mendukung Putri itu, ia juga dekat dengan beberapa pembesar istana, dan ingat, apa tujuan ia dikirim kemari !” desak Madam Lafaye.
“tapi aku melahirkan seorang Putra Mahkota! “ bela Antoniette.
“ Yang belum resmi dinobatkan Ratu.”
Antoniette makin terpojok.
“ anda harus lebih memperhatikan hal tersebut, anda bisa saja membiarkan posisi anda tergeser, karena anda memang tidak mengharapkannya, tapi bagaimana dengan Pangeran Aguste ?lebih-lebih, jika putri itu berhasil merebut hati paduka, ia akan menjadi selir kesayangan dan jika saja ia melahirkan seorang Pangeran lagi, maka…”
“ Putraku bisa tamat.” Antoniette melanjutkan, Madam Lafaye lalu mengangguk kuat!
“ apa yang harus aku lakukan, Madam ? “
“ Rebut hati paduka ! minta ia untuk segera menobatkan pangeran sebagai Putra Mahkota!”
“ Tapi.. Pangeran belum 15 tahun!”
“ tak perlu menunggu ratu, asal anda bisa meyakinkan paduka, bukankah paduka begitu mencintai Ratu ?” Seru Madam lafaye, alis kirinya ikut naik turun.
“ aku tidak bisa melakukan itu, aku begitu membenci Louis, melihatnya saja aku tidak sudi.” Elak sang Ratu.
“ Lakukan demi Pangeran Aguste, Ratu!” Madam Lafaye mendesak. Marie antoniette terdiam, hatinya bimbang, hingga akhirnya ia memutuskan…
“baiklah, akan kucoba..tapi, aku perlu waktu untuk melakukannya.”
----------------------------------------------------------------
“ ayah, izinkan aku melintasi danau itu!” rengek Pangeran Aguste, ia begitu tertarik dengan hamparan danau yang telah membeku karena salju. Kemajuannya berkuda sangat pesat, hanya dalam hitungan hari kini ia sudah mahir, dan Louis juga tak lagi menemani dibelakangnya.
“ tidak, danau itu bisa saja retak dan kau bisa terperangkap disana.” Louis mengacuhkan rengekan Putranya.
“ Ayolah ayah..danau itu cukup kuat, tidak akan retak, aku pernah berlarian disana!”
“ tapi tidak dengan kuda, kan ?” Louis masih menolak.
“ ah..ayah..!” Lelaki kecil itu menampakan air muka yang kecewa.
Rowena yang sedari tadi memperhatikan tingkah ayah dan anak itu akhirnya turun tangan.
“ danau itu tidak akan cukup kuat menehan beban kuda anda, pangeran, dan anda bisa saja terjatuh kedalamnya, nanti!” jelas Rowena.
“ Ya..sebaiknya kita pulang saja, ibumu pasti sudah cemas.” Louis memihak Rowena.
Rombongan itu lalu beranjak pergi, namun Aguste yang penasaran masih duduk tegap diatas kudanya, ketika sang Raja lengah, pangeran kecil itu berbalik arah menuju danau dan mulai melintas. Louis seketika terperanjat menyaksikan tindakan Putranya. Secepatnya ia mengejar Pangeran Aguste, tapi naas..belum sampai ia menjangkau tepi danau, permukaan danau itu retak, dan tanpa Ampun mulai menelan Kuda yang ditunggangi Aguste. Pangeran kecil itu berteriak ketakutan.
Louis melompat dari kudanya dan berlari meraih Aguste, namun terlambat, Retakan didanau semakin meluas, mereka tenggelam.
-----------------------------------------------------------------
“ Aguste…Putraku……kau baik-baik saja kan putraku ?!! Aguste…!” Marie Antoniette meraung-raung, setelah mendapati Tubuh Putranya menggigil kedinginan.
” Pangeran baik-baik saja Ratu, tapi baginda Raja…, kau harus melihatnya” IbuSuri menyahut tiba-tiba, wajahnya terlihat begitu cemas.
Marie Antoniette menyusuri koridor bersama Ibusuri, dikediaman Louis, seluruh pejabat berkumpul, mereka serentak menunduk salam ketika Antoniette dan ibusuri melangkah masuk.
“ Bagaimana keadaan, putraku?” tanya ibusuri cemas pada Dokter istana.
“ Keadan baginda kritis Ratu, saya tidak yakin jika baginda bisa bertahan.”
Entah mengapa kaki Antoniette lemas mendengar ucapan Dokter Istana, ia memandang Louis yang terbujur kaku dihadapannya, tubuhnya membiru, diselimuti goresan luka disekujur tubuhnya.
Rowena kemudian muncul, membawa mangkuk kecil berisi ramuan obat. Spontan Antoniette menerjangnya.
“ Ini semua salahmu ! kau yang menganjurkan Raja Louis memberi kuda pada Pangeran Aguste, kalau saja kau tidak melakukannya semua ini tidak akan terjadi!” antoiniette menekan tubuh Rowena kedinding, ia mencengkeram lengan Rowena kuat.
“ Ratu hentikan!!” perintah ibusuri, ia melerai persetegangan tersebut.
“ kau..sengaja melakukannya bukan ? aku akan membuatmu sangat menyesal setelah ini!” ancam Antoniette.
“Ratu, sudah hentikan!! Putri Rowenalah yang menyelamatkan Pangeran dan Louis!!” tegas Ibusuri.
Antoniette menenangkan dirinya, pipinya basah dengan air mata.
-------------------------------------------------------------
“ ini salahku, ayah dan Putri Rowena sudah memperingatkan, tapi aku tidak mendengarnya.” Aguste kecil memberi penjelasan pada ibunya.
“ ayah mengejarku, ia menarikku keatas tubuhnya, dan ayah tenggelam ibunda! Airnya dingin sekali, menusuk-nusuk kulitku, Ayah pasti kesakitan sekali.”
Antoniette memeluk tubuh kecil putranya, ia duduk disamping ranjang Louis, air matanya tak berhenti menetes, ia memandangi Louis.
Ketika malam menjelang, kondisi Louis makin parah, ia tak berhenti mengigau, dengan suhu tubuh tinggi, ia tak henti mengeluh kedinginan dan kesakitan. Antoniette sangat cemas.
“ cepat berikan ia obat dokter, kenapa Baginda terus merintih seperti itu!”
“kita hanya bis menunggu Ratu, saya sudah berusaha sebaik mungkin, jika baginda bisa melalui malam ini,saya yakin baginda bisa bertahan!”
“ jadi maksudmu,kalau dia tidak bisa melalui malam ini, dia…” Marie antoniette tidak sanggup meneruskan ucapannya, ia beranjak meninggalkan ruangan itu, tak tahan melihat kondisi Louis. Ia begitu ingin menghabisi nyawa Rowena saat itu. Karena bagaimana pun juga, ia Ayah dari Putranya, Pangeran Aguste pun masih sangat membutuhkan Louis. Dan BRUUKKK……….
“ Maafkan aku ibunda, aku……” seru antoniette,ketika menyadari ia menabrak tubuh ibusuri.
“kenapa kau begitu terburu-buru, Ratu?”
“ aku ingin melihat keadaan Pangeran Aguste, ibu!”
“ tenanglah, putramu baik-baik saja, aku baru saja menidurkannya !” “ sebaiknya kau kembali kekediaman Louis !”
“ tidak ibu, aku..aku tidak sanggup melihatnya!Dokter mengatakan jika Loius tidak dapat melalui malam ini maka ia…!!”
“Tidak, aku tahu siapa putraku, ia pasti bisa melalui malam ini! ayo kembali kekediaman Louis, aku perlu bicara denganmu.”

“Louis..sangat mencintaimu, ia bahkan rela memberikan nyawanya untukmu.” Ibusuri menarik Antoniette mendekat pada Louis, Louis terlihat lebih tenang,walaupun kadang masih merintih.
“dia tidak akan mati sebelum berhasil mendapatkan hatimu, Ratu.”
Antoniette memandang Ibusuri.
“ itu yang ia sampaikan padaku, Putraku, benar-benar mencintaimu dengan tulus, tapi aku heran, kenapa sulit sekali kau membuka hatimu untuknya.”
Marie Antoniette hanya bungkam. Ia terus memenandang lelaki yang terbaring begitu lemah dihadapannya.
----------------------------------------------------
“ air…aku mau air…!!” Louis merintih, ia menggerakkan kepala pelan, Marie Antoniette yang tertidur disamping ranjangnya terbangun kaget, dengan cepat ia memberikan Louis segelas air.
“dayang…cepat panggil Dokter istana, baginda Raja berhasil melalui malam ini!!” Seru Marie Antoniette lega.
Matahari pagi bersinar menembus sela-sela tirai kamar kediaman Louis. Antonieete melangkah memasuki ruangan, ditangannya terdapat secangkir teh diatas nampan mewah beraksen ukiran emas.
“ bagimana keadaanmu hari ini, Baginda ?” Sapa marie antoniette keesokan harinya, keadaan Louis mulai membaik.
“ aku baik, hanya sedikit pusing.” Louis memicngkan mata, sinar matahari bersinar hampir menyilaukan, tapi tak semenyilaukan wanita dihadapannya.
“ Ini obatmu, minumlah! Kata dokter, kau memang akan merasa sedikit pusing untuk beberapa hari.” Ujar Antoniette
“ aku pikir aku akan mati.” Louis berguman lirih.
“ Ibu suri bilang, kau tidak akan mati sebelum mendapat hatiku.”
Louis tersenyum geli, Antoniette membantunya duduk.
“ kau yang merawatku selama aku tidak sadar?”
“eeh..hemm…!” Antoniete mengiyakan.
“ terimakasih, kau baik sekali!”
“ kalau ibusuri tidak memintanya, aku tidak akan lakukan.”
“ jadi kau melakukan hanya karena ibu suri ?” Louis protes, ia menatap Antoniette tajam.
“ Tidak, tapi karena putraku yang sudah kau selamatkan nyawanya.” Sahut Antoniette seraya membalas tatapan Louis.
Louis kembali menampilkan senyum kecilnya.
“oh Begitu…..!! tadinya aku mau membiarkan saja anak nakal itu tenggelam, tapi ketika aku ingat bahwa ia berasal dari benihku, aku jadi berubah pikiran. “
“ Kau ini, memang selalu membuatku kesal !” Antoniette menjawab ketus, Louis sekali lagi tersenyum geli, mendapati ekspresi sebal wanita yang sangat dicintainya itu.
Masa- masa sulit sudah berlalu untuk Louis, kini ia telah siap kembali duduk diatas singgasananya yang hampir dua pekan ia tinggalkan. Ia menggelar pertemuan dengan sejumlah menteri. Agresi ke amerika menuntutnya berpikir keras untuk semakin meluaskan kekuasaan. Pembicaraan Agresi terus terbawa hingga pada perjamuan makan malam. Seperti biasa, seluruh keluarga besar istana berkumpul dalam satu meja. Dan telah menempati posisinya masing-masing. Rowena sang Putri Rusia juga hadir disana.
“ Berapa banyak pasukan yang hendak kau turunkan,baginda ?” Raja Prancis terdahulu, Louis XIII memulai pembicaraan.
“ kali ini, aku turunkan kembali lima ribu pasukan, ayahhanda!” jawab Louis.
“ sebaiknya, lebih dari itu! Kau tahu putraku, kekuatan inggris tidak bisa diremehkan!” tukas Louis XIII.
“ Tapi, kita butuh tentara yang besar untuk tetap berada didalam negeri dan istana. Sebab kali ini, aku akan ikut turun dalam agresi ke amerika ayah!”
Antoniette terkejut bukan main mendengar jawaban Louis, tiba-tiba rasa cemas datang menghinggap dihatinya, membuatnya tak kuasa untuk diam.
“ Tapi, kondisi kesehatan anda belum terlalu pulih baginda, bagaimana bisa kau ikut turun berperang ?” seru Antoniette kemudian.
“ Maaf Ratu, bukannya kau tidak sopan, tapi…Bukankah Seorang Raja yang baik memang sudah seharusnya menjadi jendral dalam perang?!” Rowena menyeletuk.
Antoniette menjadi semakin dongkol pada putri rusia itu, ia yang merasa tersaingi makin geram akan ucapan Rowena tadi.
“ Itu kan pendapatmu, Raja baru saja sembuh dari sakitnya, kau bahkan tidak tahu apapun tentang keadannya saat beliau sakit, tentu saja kau bisa berkata seperti itu!lagi pula, kau tahu apa tentang perang ?! “ bentak Marie antoniette pada Rowena.
“ Justru aku berkata demikian karena aku tahu perang itu seperti apa, Pasukan, begitu menginginkan Figur pemimpin dalam perang!dan Louis adalah Figur yang tepat.” Rowena bertahan pada argumennya.
“ Lalu untuk apa kami mengangkat para Jendral ?! mereka adalah pemimpin! Raja adalah penguasa, jadi tidak perlu turun tangan sendiri! Karena sudah tugasnya hanya untuk memberi perintah saja.” Perdebatan itu semakin sengit, keluarga istana yang lain hanya terpaku, heran, tegang, dan tidak pernah menyangka terjadi perdebatan dua wanita yang terkenal lemah lembut serta terhormat pada perjamuan makan istana.
“ Sudah hentikan!! Kalian berdua benar-benar tidak sopan! Hanya merusak suasana makan malam yang seharusnya hangat ini!!” Louis yang terganggu menjadi geram .
“ tapi , aku benar kan baginda, untuka apa kau harus turun tangan sendiri! Aku rasa pikiran putri Rusia itu sempit sekali!” Bela Antoniette.
“ Ratu, sudah Hentikan, kau benar-benar Tidak sopan! “ Louis memukulkan kepalannya pada meja.
Suasana berubah menjadi semakin tegang.
“ Kalau kalian berdua tidak bisa berlaku sopan , sialahkan menyingkir dari meja perjamuan ini! Sikap kalian berdua benar-benar memalukan, apa pantas seorang Ratu dan Putri beradu mulut seperti tadi!?”
Rowena tertunduk malu, tapi tidak dengan Antoniette, Ratu itu semakin geram memandangi Putri Rusia Dihadapannya, andai saja saat itu tak ada seorang pun, Ia pasti sudah menerkam Rowena.
----------------------------------
“ Kenapa kau terus membela putri Rusia itu, Baginda ?” Suara Marie Antoniette meninggi memprotes tindakan Louis beberapa saat yang lalu.
“ Aku bukan membela Rowena, tapi aku sedang menyelamatkan nama baikmu dimuka keluarga istana. Apa kau tidak sadar jika kau sedang mempermalukan dirimu sendiri ? beradu mulut dengan tamu kita, apakah itu pantas?” Louis menghela nafas panjang menahan emosinya.
“ Ahhk.., tamu kita ? jika ia tamu harusnya ia bisa lebih menghormatiku dan tidak berani mengatur tindakan seorang raja, atau dia memang…?”
“ Memang apa ?”
“ Memang memiliki peranan dalam istana ini atau jika saja kau mau menjadikannya seorang ratu penggantiku!”
Louis seketika terhentak mendengar ucapan Antoniette, ia mengerutkan dahi dan menatap pekat istrinya itu.
“ apa maksudmu berkata begitu ? Ratu penggantimu kau bilang? “
“ berhentilah berpura-pura, bahkan seluruh istana pun tahu putri Rusia itu akan segera menggantikanku sebagai Ratu Prancis yang baru!”
tanpa pikir panjang Louis spontan menyambar tubuh Antoniette dalam pelukannya erat. Marie Antoniette mematung kaku. Louis mendaratkan ciumannya dikening Antoniette dan turun perlahan menuju bibir merah Antoniette. Tanpa memberi kesempatan pada Marie Antoniette Louis terus menghujaninya dengan ciuman dasyat semakin dalam. Detak jantung keduanya beradu. Antoniette merasakan tubuhnya semakin lemas. Ia larut dalam ciuman hebat Louis, hingga matanya terpejam diluar kendali ia semakin menikmati ciuman lembut dan hangat.
“ selamanya, tak akan ada yang mengganti tempatmu disisiku, Ratu !” Louis berbisik ditelinga Antoniette yang masih terpejam terpesona akan ciuman dasyat sang Raja Prancis. Pelan, Loius pun melepas Antoniette dari dekapannya, Ia memandang pekat Antoniette sekali lagi sebelum kemudian pergi meninggalkan Antoniette.Ratu itu merona, dadanya berguncang tak karoan. Ada perasaan begitu membahana membelenggu dirinya kini.
Sinar Matahari pagi merambat mengisi sela-sela istana, mencairkan butiran salju yang makin menipis. Ribuan pasukan telah siap menuju medan perang. Louis berada dideretan terdepan, ia sendiri yang akan memimpin pasukan. Ada rasa ketakukan yang besar merambati hati Marie Antoniette, seakan ia ingin berlari dan menarik Louis untuk tetap tinggal. Namun berkali-kali pula ia menepis rasa itu. Hingga Akhirnya ia semakin jauh menatap kepergian Louis tanpa sepatah kata.
-------------------------------------------------------------
Dua bulan berlalu, tapi pasukan Prancis belum juga memberikan kabar akan segera kembali. Istana diliputi kecemasan luar biasa. Begitu juga Marie antonitte. Semenjak ciuman itu ia tak berhenti memikirkan Louis, rasa rindu semakin menjalar dihatinya, mengakar disetiap aliran darah.
“ Aku, tidak mungkin sedang jatuh cinta pada raja kejam itu! Aku membencinya, aku disini hanya Demi Aguste.” Antoniette berguman sembari menepis rasa kasmaran yang makin disadarinya. Tapi ia tak lagi mampu menolak, karena perasaan itu makin merasukki.
“ Ibunda sedang berbicara sendiri ?” Pangeran kecil bertanya tiba-tiba tak kala ia mendapati tingkah aneh ibunya.
Antoniette menggeleng seraya tersenyum simpul, ia memandang sang pangeran kecil, dan entah mengapa yang ia dapati malah wajah Louis disana. Aguste begitu serupa dengan Louis, ia memiliki mata biru yang sama, rambut pirang kecoklatan yang sama, bibir tipis yang juga sama. Dipeluknya, Putra kecilnya itu erat.
“ Ibu, aku rindu Ayahanda, kapan ayah pulang ? “
“ Tak akan lama lagi, putraku !”
“ Apakah ibu juga merindukan Ayah ?”
Marie Antoniette kembali diam, ia gugup , namun ia tahu pasti apa yang ingin dikatakannya diujung lidah yang kelu, Bahwa saat ini ialah yang paling merindukan Louis lebih dari siapapun.
Hari terus berganti, bulan berganti menjadi tahun. Namun pasukan belum juga ada tanda-tanda pulang. Hingga…..
“ Ratu…Ratu…Pasukan memesuki perbatasan!” Madam Lafaye berlari sambil berteriak keras.
Antoniette berdiri dari singgasananya, ia terkejut bukan main.
“ Ratu, pasukan sudah pulang, Raja sudah pulang !!”
Senyum lebar Marie Antoniette Merekah, ia pun berlari menyusuri koridor, langkahnya terhenti mendapati Aguste kecil yang metapnya heran.
“ Ayah Pulang, Aguste!! Baginda pulang !!” pekik Antoniette. Disambarnya tangan Aguste dan membawanya kembali berlari menuju gerbang istana. Disana, Gerbang istana sudah dipenuhi seluruh keluarga istana, mereka siap menyambut kedatangan pasukan. Gerbang pun dibuka lebar. Samar-samar barisan pasukan telah terlihat, semakin mendekat, mendekat hingga sampai digerbang istana. Mata Marie Antoniette tak berhenti mencari-cari, dimana sang Raja Prancis berada. Namun tak kunjung ia temui. Hingga barisan pasukan terahir pun Sang raja belum juga nampak. Marie Antonoiette mulai cemas. Begitu pula keluarga istana yang lain.
“ Dimana Sang Raja ? “ tanya Antoniette cemas, namun tak seorang pun memberi jawaban.
Bagai kehilangan akal Ratu itu terjun menembus ribuan barisan pasukan, ia mencari sekeliling namun Louis tak juga ditemukan. Antoniette mulai ketakutan, ia terus mencari sembari meneriaki nama Louis. Airmata membasahi pipinya.

“ Ratu… Ratu.. bangunlah, Ratu..kumohon sadarlah!” Marie Antoniette membuka mata perlahan, dihadapannya ia dapati seorang Raja Prancis yag sudah merengut hatinya kini.
“ Ratu, ah..syukurlah, kau sudah sadar, kau jatuh pingsan ditengah pasukan tadi!” seru Louis pelan.
Tangis Antoniette pun pecah seketika ia mendekap Louis erat-erat “aku takut sekali..aku takut sekali, aku tidak bisa menemukanmu, Louis ! Aku takut sekali !aku takut kau tak kembali.”
Louis masih terpaku heran didekapan Antoniette, namun perlahan senyum mengembang dibibirnya.
“ Hei sudahlah, aku disini ! Aku sudah kembali !”
“ Aku tak bisa menemukanmu…aku takut sekali !” Antoniette terisk-isak
“ Iya..iya aku tahu karena itulah aku yang menemukanmu, aku yang akan selalu menemukanmu, Ratuku!” Senyum lembut Louis menenangkan Antoniette, ia lalu kembali mendekap Antonitte. Menyatukan Rindu yang begitu dalam.
“ Selamat datang Baginda Raja Louis XIV, Selamat atas kemenangan Prancis!!!” Denting gelas beradu, keluarga istana berkumpul menyambut kehadiran sang Raja.
“ Selamat Baginda, anda adalah seorang Raja yang hebat, aku mewakili Rusia kagum dan menaruh hormat terdalam untuk baginda !” Seru Rowena.
Louis Tersenyum lebar dan menerima salam sang Putri Rusia. Marie Antoniette memandang Rowena sinis.
“Dasar Putri tak tahu malu, masih saja ia ada di Istana ini!” guman Marie Antoniette kesal.
“ Baginda, sebagai rasa hormatku, bersediakah nada berdansa denganku ?” Seru Rowena kemudian.
Mata Antoniette terbelalak mendengar ucapan Rowena. Ia ingin sekali mencakar-cakar wajah mulus Putri Rusia itu. Ratu itu sadar benar apa yang ia rasakan kini, bahwa cemburu sedang membelenggu hatinya.
“ Tentu saja Putri Rowena, dengan senang hati, Ratu kau mengijinkan bukan ?!” Tanpa menunggu ijin Louis menggapi tawaran Rowena, ia bangkit dari singgasana dan meraih jemari sang Putri Rusia, mereka berdansa dibawah gemerlap lampu istana dan alunan musik yang merdu, tanpa mempedulikan seorang Ratu yang hampir saja meledak diatas singgasananya.
------------------------------------
“ Kenapa hanya diam, Ratuku ? “ Sapa Louis seusai berdansa.
“ Memangnya mau bicara apa ? kenapa tidak diteruskan berdansa dengan Putri Rusia yang cantik itu ?” Jawab Marie Antoniette ketus.
“ Ahk, Sang Ratu sedang cemburu rupanya !” goda Louis.
“ Apa ? Aku cemburu ? Maaf sepertinya baginda berlebihan .” elak Antoniette.
“ Benarkah !!!??lalu apakah terlihat berlebihan hingga ceri ditanganmu bisa meleleh ?”
Antoniette gelagapan, benar saja cemburu telah membakarnya hingga melelehkan ceri ditangannya. Antoniette malu sekali.
Pagi ini Ratu Marie Antoniette disambut sebuah kabar yang nemikam jantungnya. Ketika tiba-tiba IbuSuri mengutarakan kenginannya untuk menjodohkan Louis dengan sang Putri Rusia.
“ Hal ini sungguh baik sekali untuk menjalin persahabatan dengan Rusia semakin erat, Ratu!” Seru ibu Suri. Kata-kata beliau benar-benar mengiris jantung Marie Antoniette.
“ Kau tidak perlu khawatir, Pangeran Aguste tetap menjadi Putra Mahkota! Pernikahan ini hanya untuk menjalin hubungan keluarga dengan Rusia, lagi pula sudah hampir delapan tahun ini Baginda tak pernah mendapat sentuhan cinta! Semalam ketika ia berdansa dengan Putri Rowena, aku melihat Putraku sangat bahagia.Aku melihat sentuhan cinta untuk putaku, Baginda Butuh itu” Jelas IbuSuri.
Antoniette terpaku, bungkam tanpa tahu apa yang harus dikatakan.
“ Dan kau, tak perlu turun dari kedudukanmu, Rowena hanya sebagai selir Paduka saja. Bagimana Ratu ? Lagipula kau tak mencintai Raja! Aku pikir tak ada ruginya untukmu, Sedangkan sebagai seorang lelaki putraku pasti butuh sentuhan cinta seorang wanita. Dan tentunya, ia tak akan mengganggumu lagi, kau juga dapat bebas Ratu!”
Ibusuri, mendekat kemudian menepuk tangan Marie Antoniette.
“ Tapi aku tak akan memaksa, kau bisa memikirkannya , jika saja kau mungkin menolak, Ratu, aku mohon diri!”
Ibusuri beranjak meninggalkan kediaman Marie Antoniette, Bibir ratu itu kelu. Hatinya tercabik-cabik, airmata tak lagi mampu dibendungnya.
Ratu itu lalu bergegas meninggalkan kediamannya, ia melangkah cepat menuju kediaman Louis. Airmata membajiri langkahnya.
“ Louis, Kumohon jangan menikahi Rowena! Aku Mencintaimu!” seru Marie antoniette dihadapan Louis yang berdiri penuh tanya.
“ Ada apa ini, Ratu ? kenapa kau menangis ?”
“ Ku mohon Louis, jangan nikahi Rowena, aku mencintaimu, aku mencintaimu!”
Louis menarik nafas, ia mendekap Marie Antoniette.
“ Akhirnya, aku mendengar kata ini!! “ tukas Louis pelan. Mata Raja itu berbinar, ia mendapati kemenagan terindah. Sebuah kebahagian yang telah lama ia tunggu.
“ Ku mohon, jangan nikahi Putri Rusia itu! Jadikan hanya aku saja satu satunya pendampingmu, kumohon! aku bisa mati jika kehilangan cintamu.“
“ Tentu saja, Tentu saja, selamanya, hanya kau Ratu dalam hidupku, Selamanya.”

THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar